KELUARGA adalah harta paling mahal yang dimiliki seorang Muslim. Keluarga bukan sekadar kelompok manusia yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Lebih dari itu, keluarga merupakan kekayaan seseorang yang tidak akan senilai dengan benda apa pun.
Setiap orang selalu memiliki keluarga. Ia bisa sebagai ayah, ibu, atau anak. Sayangnya, tidak semua orang menyadari betapa tingginya nilai sebuah keluarga.
Baca Juga: Berkeluarga Itu Ladang untuk Akhirat
Keluarga, Harta paling Mahal yang Dimiliki Seorang Muslim
Terlebih lagi sebagai muslim. Keluarga bukan lagi sekadar kebutuhan sosial yang paling dekat, melainkan sebuah aset yang tidak akan mengenal kata bekas dan akan terus langgeng hingga di kehidupan berikutnya.
Aset dunia dan akhirat
Hubungan orang tua dan anak adalah hubungan abadi yang tidak mengenal kata bekas. Rumah bisa menjadi bekas ketika sudah dijual. Begitu pun dengan harta-harta yang lain.
Namun, hubungan orang tua dan anak-anak tidak akan putus karena dipisah oleh kematian. Keduanya akan saling terhubung satu sama lain. Dan saling memberikan keuntungan berupa doa, pahala, dan keberkahan; di dunia dan akhirat.
Allah swt. berfirman dalam Surah Ath-Thur ayat 21.
firman-Nya:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِين
“Orang-oranng yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
Sebagai benteng dari keburukan dunia dan azab neraka
Sebelum berinteraksi dengan dunia luar yang beraneka warna, seorang manusia bergaul dan hidup bersama anggota keluarga. Inilah umat atau jamaah pertama manusia yang saling memberikan penjagaan satu sama lain.
Penjagaan ini bersifat permanen, mulai dari bayi hingga seorang manusia menemukan kematian. Penjagaan bisa mencakup fisik yang terlindungi dan terjaga kesehatan dan kesejahteraannya; juga penjagaan kejiwaan berupa keimanan dan ketakwaan untuk senantiasa berada ridha Allah hingga datang kematian.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[at-Tahrîm/66:6]
Ketika ada kelalaian, masing-masing anggota keluarga wajib memberikan teguran dan arahan. Suami terhadap istri, juga sebaliknya. Dan, orang tua terhadap anak-anak, juga sebaliknya.
Semua terbingkai dalam saling memberikan wasiat dalam kebenaran, kesabaran, dan kasih sayang.
Masih banyak keutamaan lain dari tingginya nilai sebuah keluarga. Karena itu, penumbuhan, perawatan, dan penjagaan keutuhan keluarga menjadi prioritas yang dilakukan seorang muslim.
Apa pun boleh hilang, bisa tak lagi menjadi bagian hidup kita. Tapi keluarga, ia tak akan menyamai dengan harta apa pun yang dimiliki.
Keluarga harus mendapatkan pembiayaan yang lebih utama dari pembiayaan harta apa pun yang kita miliki. Terutama, pembiayaan pendidikan, agama, dan kesalehan mereka.
Tidak ada warisan yang paling berharga yang diberikan para orang tua kepada anak-anak mereka melebihi pewarisan keimanan dan ketakwaan. [mh/Cms]