ChanelMuslim.com – 6 desainer Indonesia kenalkan wastra melalui parade Paris Fashion Week, event ini akan digelar di Paris mulai 25 September – 03 Oktober 2018.
Desainer pertama, Jeny Cahyawati. Koleksi busana yang ditampilkan mengandung unsur tenun endek. Bertema Bali the island paradise, kain tenun enduk masa kini bisa dipakai semua kalangan masyarakat Indonesia.
“Dulu, tenun endek cuma digunakan keluarga raja Bali, tapi kini fashion bisa mengembangkan tenun itu agar bisa dipakai siapapun,” ujar Jeny saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (21/09).
Ia menambahkan, pembuatan tenun endek pada songket koleksinya bisa dikerjakan selama 8 bulan untuk satu songket. Bahan yang digunakan berupa sutra, katun, viscode dan renda.
Baju muslimah yang dibuat dari tenun endek Bali ini dibuat seimbang antara modern, tradisional, masa lampau dan budaya lokal. Karya koleksi tersebut menghasilkan keindahan warisan budaya pesisir Indonesia.
Tak kalah menariknya dengan koleksi Jeny, desainer Nila Baharuddin juga membuat busana muslimah dari kain tenun Garut. Kecintaanya pada fashion muslimah menghasilkan karya wastra Indonesia berupa kain batik, tenun ikat dan singlet yang unik dan elegan.
Dalam mempersiapkan Paris Fashion Week, karya tenun Garut berbahan sutera dirubah lebih modern. Namun, motif kompleksnya tetap ada agar ciri khas budaya Indonesia bisa dilihat mancanegara.
“Koleksi tenun Garut ini juga terinspirasi dari Empire seventh heaven,” kata Nila.
Menurut Nila, ada 7 warna yang dipengaruhi oleh lapisan taman firdaus atau surga. Ada warna amber, mandarin red, paradise, tree top, magenta, evening haze dan dark aubergine.
Selain Nila, ada desainer Lia Afif. Desainer lulusan jurusan Arsitektur ITS ini selalu mengeksplorasi karyanya dengan kain tradisional. Ia bersama pemerintah Kabupaten Jember mengangkat unsur hasil bumi pada koleksinya.
Pada kain yang dibuat, ada unsur budaya Indonesia yang sengaja ditonjolkan. Kain batik produksi Jember ini menggunakan pewarnaan alam, sehingga tidak hilang dimakan zaman.
Tema yang diangkat pada karya Lia Afif di Paris Fashion Week berupa Criolla Charmera. Inspirasi nama tema diambil dari rangkaian pesona konsep batik Jember warna coklat yang cantik.
Ada juga desainer Ratu Anita Soviah. 15 gaun untuk event Paris Fashion Week terbuat dari songket Palembang. Koleksi gaun songket dikreasikan dengan motif hias seperti bunga cino dan nampan perak.
Meski songket Palembang lebih dikenal warna merah yang kuat, karya desainer Ratu ingin menunjukan sisi lain dari songket Palembang.
“Biasanya songket itu lebih identik warna merah, tapi disini kita mau tunjukin warna cerah lainnya gak kalah bagus dan menarik,” ujar Ratu.
Koleksi fashion inspirasi wastra Indonesia lainnya, Melia Wijaya juga turut berpartisipasi. Pada koleksinya, ia masukan seni wayang kulit untuk kenalkan budaya tersebut di Paris Fashion Week. Detail yang dipakai menggunakan siluet wayang dan gunungan.
[gambar1]
Pada event Paris Fashion Week, ada juga desainer syar`i yang akan unjuk gigi menunjukan wastra Indonesia. SiSeSa, brand dengan tiga desainer ini akan menampilkan karya berbalut batik kudus.
Bertema Fascinating Java, pembuatan busananya mengaplikasikan unsur batik dan bordir. Tampilan batik dan bordir yang indah dikerjakan dengan teliti serta waktu yang lama.
Menurut salah satu pemilik brand SiSeSa, Sanaz mengatkan 15 koleksi SiSeSa ini diharapkan akan menjadi sumber referensi dunia fashion busana syar`i.
“Insya Allah kita, Indonesia akan menjadi trend setter busana syar`i. Apalagi alhamdulilah, SiSeSa jadi brand syar`i pertama dari Indonesia yang tampil di event internasional,”pungkasnya. (Firda)