SEMANGAT beramal soleh jangan pernah redup. Jangan kalah dengan yang buta.
Ada seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang buta. Namanya Umar atau Amr. Nama itu kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Orang biasa memanggilnya Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu.
Abdullah tergolong sahabat senior. Bahkan, ia masih sepupu dengan istri Nabi: sayyidah Khadijah radhiyallahu ‘anha.
Sosoknya bahkan pernah menjadi sebab turunnya Al-Qur’an, Surah ‘Abasa: 1-16. Allah subhanahu wata’ala menegur Nabi karena menormorduakan Abdullah daripada para pembesar Quraisy.
Butanya tak menyurutkan Abdullah untuk banyak beramal dan berjihad. Ia ikut hijrah bersama kaum muslimin dari Mekah ke Madinah. Sebuah perjalanan berjarak 490 kilometer dan dibayang-bayangi kejaran pasukan kafir Quraisy.
Di Madinah, meski rumahnya tak begitu dekat dengan masjid Nabawi, harus dilalui dengan melewati kebun kurma yang lebat dan jalan bebatuan, Abdullah bukan sekadar rajin ke masjid, tapi juga siap siaga sebagai muazin.
Ada dua muazin di masa Rasulullah: Bilal bin Rabah dan Abdullah bin Ummi Maktum. Menariknya, Abdullah merupakan spesialis muazin untuk panggilan shalat Subuh.
Nabi pernah menanyakan sejak kapan kebutaan yang dialami Abdullah. “Sejak masih kecil, Ya Rasulullah,” jawabnya.
Rasulullah langsung berujar, “Allah subhanahu wata’ala berfirman (hadis Qudsi): Jika Aku mengambil penglihatan hamba-Ku, maka tidak ada balasan yang lebih pantas selain surga.”
Bukan sekadar ibadah biasa seperti shalat di masjid, bahkan jihad pun diikuti Abdullah. Di sebuah jihad terakhirnya di masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, Abdullah menemui syahidnya. Ia terbunuh dalam perang Qadisiyah antara pasukan Islam melawan Kekaisaran Persia.
**
Banyak cara untuk menunjukkan hak dispensasi dari kewajiban ibadah: sibuk, rumah jauh dari masjid, sakit-sakitan, jalan becek, capek, dan lainnya.
Seribu satu alasan ini rasanya tidak akan setara sedikit pun dengan cacat kebutaan. Dan orang yang buta pun masih bisa bersemangat untuk istiqamah menjadi hamba Allah yang soleh.
Jangan terus manjakan diri dengan seribu satu alasan. Tunjukkan kesungguhan, insya Allah, Allah subhanahu wata’ala akan memberikan jalan dan kemudahan. [Mh]