SEBAGIAN warga di Pulau Jawa mengaku menggigil akibat fenomena bediding atau suhu dingin saat musim kemarau yang melanda wilayah selatan Indonesia pada awal Juli 2025.
Salah satunya dirasakan oleh Aulia Zahra Zein (26), mahasiswa S-2 Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro, Semarang.
Ia mengatakan, suhu dingin mulai terasa pada Kamis (10/7/2025) pukul 06.00 WIB, padahal cuaca di Semarang biasanya panas.
Hal yang sama juga dialami oleh Stefhanie Kania (25), karyawan swasta di Kota Solo, Jawa Tengah. Ia mengatakan, suhu dingin sudah mulai dirasakan sejak Rabu (9/7/2025) mulai dari malam hingga pagi hari.
Perubahan suhu sampai membuat air di kamar mandi terasa begitu dingin dan AC hanya perlu dinyalakan ketika siang hari sekitar pukul 13.00-14.00 WIB.
Baca juga: Lima Tips Menjaga Tubuh dan Kulit Tetap Glowing di Tengah Cuaca Ekstrem
Sebagian Pulau Jawa Alami Fenomena Bediding, Simak Ulasannya Berikut
Sementara itu, Erwina Rachmi (25) yang sehari-hari tinggal di Jakarta Selatan juga mengaku, suhu udara lumayan dingin, terutama saat pagi hari.
Ia mulai merasakan penurunan suhu mulai awal Juli. Menurutnya, kondisi ini membuat banyak orang mengalami batuk, pilek, dan kedinginan.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, puncak musim kemarau, khususnya Jawa Tengah bagian selatan, akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025.
Kondisi yang sama juga terjadi dengan suhu udara minimum ketika malam dan pagi hari yang diperkirakan semakin bertambah dingin. Hal tersebut mengindikasikan bahwa fenomena suhu dingin masih berlanjut hingga akhir Agustus 2025.
Ia menambahkan, wilayah dataran tinggi atau pegunungan diperkirakan lebih dingin ketimbang temperatur di wilayah pesisir.
Perbedaan suhu disebabkan oleh laju penurunan temperatur udara sebesar 0.5 derajat Celsius per kenaikan 100 meter ketinggian tempat.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Teguh menjelaskan, suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh pergerakan massa udara dari Australia yang membawa massa udara dingin dan kering menuju Asia.
Dalam prosesnya, massa udara yang dingin dan kering melewati wilayah Indonesia sehingga kondisi ini disebut sebagai Monsun Dingin Australia.
Pergerakan massa udara terjadi karena perbedaan tekanan udara, sebagai contoh tekanan udara di Australia pada Kamis (10/7/2025) mencapai 1.026 milibar, sementara di Asia 1.000 milibar. [Din]