JENIS kelamin anak dan cucu mestinya tak menghalangi rasa sayang kepada mereka. Jangan bedakan dengan yang laki-laki.
Ada sosok lain dalam sejarah ahlul bait yang kerap terlupakan. Beliau adalah Umamah, putri dari Zainab binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Umamah radhiyallahu ‘anha merupakan cucu pertama Rasulullah. Ia lahir dari pasangan Abul ‘Ash dan Zainab radhiyallahu ‘anha.
Ayahandanya belum masuk Islam ketika peristiwa hijrah. Tidak heran jika Umamah dan ibunya tetap tinggal di Mekah, padahal Rasulullah dan kaum muslimin sudah hijrah ke Madinah.
Umamah dan ibunya baru bisa hidup bersama kakeknya di Madinah pada tahun kedua hijriyah. Itu pun karena pertukaran antara ayahandanya yang ditawan pasukan muslim di Perang Badar dengan Umamah dan ibunya.
Jadi, Umamah dan ibunya bisa tinggal bersama kakek tercinta di Madinah, sementara ayahandanya yang belum masuk Islam kembali ke Mekah.
Cintanya Rasulullah kepada Umamah
Sebegitu cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Umamah, beliau biasa mengajak Umamah ikut shalat berjamaah.
Di saat posisi diri, Nabi menggendong Umamah. Dan, di saat posisi ruku dan sujud, Umamah diletakkan Nabi di bawah. Begitu seterusnya.
Suatu kali, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan hadiah sebuah kalung emas. Para istri beliau begitu yakin kalau kalung tersebut akan diberikan Nabi kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Ternyata dugaan itu meleset. Kalung itu diberikan Nabi kepada Umamah. Bahkan, Nabi sendiri yang memakaikannya. “Kenakan kalung ini, duhai gadis kecilku,” seperti itu kira-kira ucapan sayang Nabi kepada Umamah.
Begitu pun ketika Raja Najasyi di Etiopia mengirimkan Nabi sebuah hadiah istimewa. Hadiah itu berupa cincin emas yang indah. Dan lagi, Umamahlah yang menerima hadiah itu dari kakeknya.
Di masyarakat Arab saat itu, hubungan kakek dengan cucu perempuan biasanya tergolong ‘dingin’. Mereka saling acuh tak acuh saja. Jangankan menggendong dan mencium, perhatian pun kurang.
Di momen-momen bersama Umamahlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendobrak budaya yang tidak sehat itu. Anak atau cucu perempuan harus mendapatkan hak yang sama dengan yang laki-laki.
Pernikahan dengan Ali bin Abi Thalib
Semasa Fatimah Az-Zahra radhiyallahu ‘anha masih hidup, Umamah begitu dekat dengan Fatimah. Umamahlah yang selalu mengasuh Hasan dan Husein ketika Fatimah tidak di rumah.
Sosok Umamah memang keibuan. Anak-anak Fatimah begitu nyaman dan dekat dengan Umamah.
Ketika Fatimah merasakan usianya tidak lama lagi, ia berpesan ke suaminya, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu untuk menikah lagi dengan Umamah. Dengan begitu, putra-putri Fatimah bisa diasuh dengan baik oleh Umamah.
Umamah menikah dengan Ali di masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Keduanya hidup bersama hingga Ali meninggal dunia. Tak ada anak dari pasangan Umamah dengan Ali bin Abi Thalib.
Namun, Umamah tergolong sukses mendidik dan membesarkan putra-putri Fatimah, antara lain Hasan dan Husein yang juga cucu-cucu kesayangan Nabi.
**
Ungkapkan rasa cinta yang nyata kepada anak dan cucu perempuan. Cium mereka dan berikan hadiah.
Tangkap kepekaan rasa halus mereka dan lestarikan dalam cinta yang tak berkesudahan. Dengan begitu, cinta akan ikut lestari secara turun temurun, dari orang tua ke anak cucu dan cicit. [Mh]