ChanelMuslim.com- Direktur Interzone Treatment Center, Ferdinand Rabain mengajak Gerakan Nasional Anti Narkoba (Ganas Annar) Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyelenggarakan penanggulangan narkoba berbasis masjid.
Menurut dia, masjid menjadi solusi alternatif untuk melakukan rehabilitasi secara terbuka. Partisipasi dan kepedulian masyarakat menjadi keniscayaan agar pengguna narkoba berhenti dari perbuatannya.
“Di hadapan Raja Salman, Pak JK (Jusuf Kalla) menyatakan ada 800 ribu masjid di Indonesia. Jika 1 masjid, 1 penyuluh, maka 8 kali lipat keinginan Presiden dapat kita penuhi. Cukup 20 persen masjid yang begerak, persoalan (narkoba) ini insya Allah akan selesai,” ujar Ferdinand di Gedung MUI, Jakarta, Selasa (31/7).
Ia mengungkapkan, dari 6 juta pengguna narkoba di Indonesia, panti rehabilitasi hanya mampu menampung 600 ribu korban narkoba. Angka tersebut belum termasuk mahalnya biaya rumah sakit. Seperti harga 1 kamar inap senilai 4 juta, kebutuhan obat 6 juta dan anestesi (obat bius) kisaran 70 juta.
“Biaya semahal itu pun hanya menghilangkan sakaunya. Maka, dibutuhkan 327 tahun atau 65 presiden lagi untuk meyelesaikan masalah narkoba. Belum lagi jika setiap tahun angkanya meningkat,” katanya.
Fardinan berharap MUI dapat mengomandoi umat Islam serta Ormas-Ormas Islam seluruh Indonesia untuk sama-sama bergerak menjadikan masjid sebagai pusat rehabilitasi pengguna narkoba.
“Saya harapkan MUI dapat menggerakkan seluruh Ormas Islam dalam antisipasi narkoba. Walau bagaimana pun, yang terdampak adalah umat Islam. Karena muslim di Indonesia mayoritas,” tandasnya.
Ferdinand mencatat, setiap harinya 50 orang dinyatakan tewas akibat menggunakan narkoba. Meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia Darurat Narkoba, namun, pemerintah belum memiliki solusi integral terhadap pengguna narkoba. Pemerintah hanya mampu menargetkan rehabilitasi pengguna narkoba setiap tahunnya 100.000 orang.
“Padahal, pengguna narkoba di Indonesia mencapai angka 6 juta orang. Realitasnya, pemerintah hanya mampu merealisasikan 38 persen di tahun 2015 dan 4 persen di tahun 2016,” katanya.[ind/rilis]