PADA Rabu (13/11/2024), Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan 14 menggelar pertemuan kedua di semester kedua yang bertempat di Aula Imam Al-Ghazali, Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS).
Perkuliahan bertajuk Fitnah Kubra tersebut disampaikan oleh alumnus Islamic Call College Tripoli Libya, Ahmad Rofiqi, Lc., M.Pd.I.
Fitnah kubra yang dimaksud dalam pertemuan tersebut adalah fitnah-fitnah yang terjadi semasa hidup para sahabat Nabi Muhammad.
“Fitnah-fitnah yang terjadi pada masa sahabat Nabi dikatakan fitnah kubra karena terjadi di masa ketika fitnah-fitnah tersebut berpotensi menjadi sesuatu yang sangat besar. Selain itu, kejadian dan dampak skalanya juga besar. Dan walaupun banyak sekali fitnah yang terjadi saat ini, bobot fitnahnya tidak melebihi fitnah-fitnah pada zaman tersebut,” jelasnya.
Dahsyatnya fitnah yang terjadi saat ini seharusnya tidak menjadikan kita minder dan pesimis terhadap agama Islam.
“Namun perlu kita sadari, walau fitnah yang terjadi sangat besar dan bahkan sampai menyebabkan pertumpahan darah, hal ini tidak mengurangi perkembangan dan martabat Islam. Kita akan lihat dari kisah-kisah tersebut bagaimana kepiawaian sahabat dalam menghadapi dan mengatasi konflik. Ujian perpecahan dan perbedaan pendapat itu seakan menjadi harga yang harus dibayar atas gemilangnya Islam pada masa itu,” tutur Rofiqi.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pendiri Pesantren Tamaddun Jatinangor tersebut memaparkan kisah-kisah pilu yang menimpa para sahabat Nabi رضي الله عنهم.
Dimulai dari peristiwa dibunuhnya Umar oleh sekumpulan orang-orang Badui.
Saat masyarakat meminta kepada Utsman untuk menghabisi kelompok pembunuh Umar, Utsman menolak, hingga akhirnya para musuh semakin berani yang berujung pada pembunuhan Utsman.
Begitu pula dengan Ali, yang pada masanya terjadi Perang Jamal dan Perang Shiffin yang penuh dengan konflik antar sesama Muslim.
Hal inilah yang kemudian memicu perpecahan umat Islam menjadi tiga golongan.
“Setelah masa kepemimpinan Ali, muncullah tiga kelompok menyimpang: Khawarij, yang bibitnya sudah ada sejak zaman Rasul; Syiah, sebagai pembantai Husein; dan Murji’ah, yang kebanyakan tidak mau mengambil sikap dan menganggap semua orang sama saja,” tuturnya.
Fitnah Kubra: Harga yang Harus Dibayar atas Kegemilangan Islam
Baca juga: Hidupkan Sikap Kritis, Murid SPI Jakarta Dibekali Keterampilan Analisis Narasi
Menurut Ahmad Rofiqi, urgensi mempelajari hal tersebut adalah untuk mengetahui respons para sahabat dalam mengatasi fitnah-fitnah mengerikan tersebut.
Hal ini juga menjadi bukti bahwa zaman para sahabat Nabi adalah benar zaman terbaik, karena dengan segala cobaan yang mereka hadapi, Islam tetap meluas dan mulia martabatnya.
“Umat Islam pernah mengalami fase segelap itu, maka jangan pernah pesimis seburuk apa pun kondisi kita. Dahulu, Thaif melempari Rasulullah dengan batu sehingga tumitnya bercucuran darah. Namun akhirnya Thaif menjadi pembela setia Islam. Daulah Umawiyyah, dengan segala huru-hara yang terjadi sebelumnya, justru melahirkan banyak tokoh hebat dan dari mereka banyak dilakukan penaklukan oleh Islam. Berpegang teguhlah pada syariat, karena semangat yang tidak dibarengi dengan ilmu akan mengantarkan pada ghuluw dan tatharruf, seperti yang dialami Syiah dan Murjiah,” ucap Rofiqi mengakhiri perkuliahan.[Sdz]
Kontributor: Lulu Latifa