KEISLAMANMU, bukan kelompokmu. Slogan Nahnu muslim qabla kulli syai’ (Kita adalah muslim sebelum menjadi apa pun), nampaknya perlu diperkuat.
Fenomena fanatisme terhadap kelompok, golongan, organisasi, perkumpulan, majelis, guru, begitu kentara apalagi di dunia medsos.
Sangat telanjang perilaku para fanatikus bahwa kebanggaan dan kecintaan mereka kepada hal-hal itu lebih besar daripada kebanggaan dan kecintaan kepada Islamnya.
Bergabung kepada sebuah komunitas lalu bangga dan cinta kepadanya, karena di dalamnya ada banyak kebaikan dan manfaat, pada prinsipnya tidaklah mengapa.
Boleh-boleh saja, bahkan sangat bagus jika diniatkan sebagai kendaraan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
وتعاونوا على البر والتقوى
Saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan. (QS. Al Maidah: 2).
Sayangnya, tidak sedikit yang tergelincir dalam fanatisme dan cinta buta kepada kelompok, golongan, atau guru, walau bisa jadi mereka tidak menyadarinya.
Mereka senang dan kegirangan jika kelompok lain atau Ustaz lain tergelincir, dan mereka akan ikut membuka aibnya.
Sebaliknya mereka akan tutupi kebaikan dan manfaat yang muncul dari ustadz dan kelompok lainnya.
Kesadaran untuk husnuzhan menghilang jika yang membuat kesalahan adalah kelompok lain, justru mereka senang jika kelompok lain salah, tapi mereka mengajak husnuzhan jika yang buat kesalahan adalah kelompoknya sendiri.
Keislamanmu, Bukan Kelompokmu
Ada pun jika kelompoknya berbuat kebaikan maka akan digembar-gemborkan, tapi jika melakukan kesalahan bahkan penyimpangan, justru dibela habis habisan.
Jika ada kebenaran datangnya dari kelompok atau ustaz lain mereka tetap menolaknya, bahkan mendengar pun tidak sudi.
Mereka anggap kebenaran hanya ada pada kelompoknya saja atau gurunya, selainnya pasti salah.
Kultus tingkat paling mengerikan.
Itulah salah satu potret fanatisme, di antara potret-potret yang lainnya.
Mirip yang digambarkan dalam Al-Quran:
Baca juga: Kaitan Masjid Al Aqsa dengan Islam secara Akidah dan Syariat
كُلُّ حِزْبِ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
Setiap kelompok membangga-banggakan apa-apa yang ada pada mereka. (QS. Al Mu’minun: 53).
Sungguh, keislaman kita yang menyelamatkan dunia dan akhirat kita.
Islam yang lapang dan lurus (hanifiyah samhah) dan membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin), menjadi nampak sempit oleh sikap fanatisme kelompok sebagian umatnya.
Allah Ta’ala sudah menamakan kita sebagai “muslimun”, maka berhentilah di situ, dan berbangga dan berbahagialah dengannya.
Jangan sempitkan kelapangan Islam dengan fanatisme jahiliyah.
Allah Ta’ala berfirman:
هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Sejak dahulu, Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian kaum muslimin. (QS. Al-Hajj: 78).[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah