12 Rabiul Awal adalah tanggal kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menurut pendapat yang paling masyhur, adapun tahunnya adalah Tahun Gajah ( ‘aamul fiil ) bertepatan dengan tahun 571 M.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,
وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، لِاثْنَتَيْ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ شَهْرِ رَبِيع الْأَوَّلِ، عَام الْفِيلِ
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan di hari Senin, tanggal dua belas di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah.”
Disebut tahun Gajah karena kelahiran beliau terjadi beberapa bulan sebelum peristiwa pasukan Gajah di bawah panglima Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah.
Kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kurang lebih 2,5 abad setelah berdirinya Kota Konstantinopel di Romawi Timur ( 330 M ), namun Konstantinopel akhirnya dapat ditaklukan oleh umat terbaiknya yaitu Sultan Muhammad Al Fatih, pada tahun 1453 M, 11 abad lebih setelah berdirinya.
Penaklukan Konstantinopel didorong dan disemangati oleh sebuah hadist yang mirip sayembara, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
لَتُفتَحَنَّ القُسْطَنْطينيَّةُ؛ فنِعْمَ الأميرُ أميرُها، ونِعْمُ الجيشُ ذلكَ الجيشُ.
Sungguh kelak akan ditaklukan Konstantinopel, sebaik baiknya panglima, panglima saat itu, sebaik baiknya pasukan, pasukan saat itu. (HR. Ibnu Abdil Bar, Al Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhab, 1/250. Sanadnya: hasan).
Kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bagaikan lahirnya cahaya baru yang menerangi dunia dari kegelapan petunjuk dan menyelamatkan manusia dari kejahiliyahan tata nilai kehidupan.
Yang menarik adalah nama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah banyak diberikan oleh para orang tua di Mekkah terhadap anak anaknya yang baru lahir, hal ini disebabakan karena saat mereka berniaga ke Syam dan berinteraksi dengan para pendeta Ahli Kitab, mereka mendapatkan kabar bahwa nabi akhir zaman akan datang bernama Muhammad, maka mereka menamakan anaknya dengan nama Muhammad, dengan harapan kelak menjadi seorang Nabi.
Imam Al Suhaili mencatat nama nama tersebut:
– Muhammad bin Sufyan bin Mujasyi‘,
– Muhammad bin Uhaihah bin al-Julah bin al-Harisy
– Muhammad bin Humran bin Rabiah.
Di sisi lain, Al-Qadhi ‘Iyadh dalam karyanya al-Syifa bi Ta’rif Huquqi Mushthafa menyebutkan bahwa terdapat enam orang yang bernama Muhammad sebelum kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Merenungkan Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Baca juga: Khadijah: Istri Tercinta Nabi Muhammad yang Menginspirasi Keimanan dan Kesetiaan (1)
Selain tiga nama yang disebutkan oleh Al-Suhaili, Al-Qadhi ‘Iyadh menambahkan tiga nama lainnya, yaitu Muhammad bin Maslamah al-Anshari, Muhammad bin Bara al-Bakri, dan Muhammad bin Khuza‘i.
Dari keenam nama tersebut ternyata tak satupun yang ditakdirkan menjadi Nabi, karena status kenabian ini bukan sesuatu yang muktasabah (diusahakan), dirintis seperti jenjang karir, namun kenabian adalah given atau mauhuubah, yang sifatnya pemberian mutlak dari Dzat Maha Pemberi Allah Ta’ala, oleh karena itu terkait dengan Risalah kenabian, Allah Ta’ala menjelaskan dalam firman-Nya :
{ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ حَیۡثُ یَجۡعَلُ رِسَالَتَهُۥۗ}
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya (Surat Al-An’am: 124).
Pilihan Allah Ta’ala jatuh kepada bayi yang lahir dari Ibunda Aminah, dengan status yatim, karena Ayahnya Abdullah wafat saat bayi tersebut masih berada dalam kandungan.
Tidak terlalu istimewa juga status sosialnya, bukan dari keturunan penguasa kaya raya kota Mekkah, bayi itu hanyalah cucu dari seorang penjaga Ka’bah yaitu Abdul Mutthalib, yang memberi nama cucunya dengan nama Muhammad, hanya karena nama itu bagus disebut dan indah didengar, tanpa di embel embeli keinginanan agar sang cucu menjadi Nabi sebagaimana motif sebagian orang Mekkah menamakan anak anak mereka dengan nama Muhammad.
Allah Ta’ala memperlakukan bayi Muhammad hingga dewasa sama sebagaimana perlakuan-Nya kepada bayi Musa ‘Alaihi Salam, yang dijaga dan dilindungi dengan sepenuh cinta-Nya, sebagaimana firman-Nya:
{ وَأَلۡقَیۡتُ عَلَیۡكَ مَحَبَّةࣰ مِّنِّی وَلِتُصۡنَعَ عَلَىٰ عَیۡنِیۤ }
Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasanku. (Surat Tha-Ha: 39).
Namun secara khusus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapatkan jaminan kema’suman dari Allah Ta’ala, sehingga track record hidupnya dari sejak dilahirkan hingga anak anak, remaja dan dewasa, sepenuhnya dijaga oleh Allah Ta’ala, sehingga tidak ada catatan noda dan dosa yang pernah dilakukannya.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah