MUI DK Jakarta menggelar Seminar Literasi Penyiaran Aktivis Ormas Islam Jakarta, di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta Selatan, Selasa, (27/08/24).
Ketua Bidang Infokom MUI DK Jakarta, Dr. M. Faiz Rafdi, M. Kom, membuka kegiatan tersebut yang merupakan kerja sama Bidang Infokom MUI DK Jakarta dengan KPID Jakarta.
Dalam sambutannya, Faiz Rafdi mengatakan kegiatan ini penting di era digital saat ini.
“Ini harus didorong lagi. Sementara RUU Penyiaran lama sekali diusulkan tapi enggak diketok. Ini masalah moral, revolusi mental yang berasal dari penyiaran enggak disentuh-sentuh, ini penting,” sebagaimana disampaikan dalam sambutannya.
“Saya setuju bahwa konten-konten religi. Bicara halal masih konteksnya makanan dan pakaian. Konten-konten siaran itu perlu ada konsultasi. Tidak hanya semata mata mengejar rating. Apa jadinya umat islam Indonesia?” imbuhnya.
Baca juga: Samakan Persepsi, MUI DKI Jakarta Gelar Bimtek Fatwa Halal
MUI dan KPID Jakarta Gelar Seminar Literasi Penyiaran untuk Ormas Islam
Sambutan Ketua KPID Jakarta yang disampaikan Komisioner KPID Jakarta, Arif Faturahman, M.Si mengatakan bahwa bagaimana KPID Jakarta menjamin dan memastikan masyarakat Jakarta mendapat informasi yang baik dan benar.
“Oleh karena itu, KPID Jakarta dalam hal pengawasan TV dan radio, harus juga dibarengi oleh masyarakat, oleh ormas. Jadi pengawasan itu bukan hanya di KPID,” ucapnya.
Menurutnya, kegiatan serupa kedepan bisa dilakukan. Sifatnya kolaborasi dan kerja sama, baik antara KPID maupun TV dan radio di DKI Jakarta.
“Tugas kita, baik pemerintah, masyarakat, ormas bisa memastikan masyarakat mendapatkan tontonan yang baik, tidak hanya sekadar hiburan tapi juga edukasi,” tambahnya.
Narasumber seminar, Sekertaris Umum MUI DK Jakarta, KH. Auza’i Mahfudz dalam pemaparannya mengatakan membawa orang menuju Allah itu dengan hikmah.
Dengan hikmah itulah yang ditafsirkan dengan media media sekarang yang bisa digunakan.
“Kalau saya berbicara di satu majelis, berapa yang nonton? Paling banyak lima ribu orang. Ketika saya menyampaikan satu hadits. Yang nonton TVRI misalnya 30 juta, kalau sejuta yang amalin. Itu saya lagi ngopi di rumah. Pahala saya mengalir terus. Sederhana seperti itu. Buat konten, video-video yang ada unsur dakwah. Amal itu sangat luar biasa,” paparnya.
Menurutnya, konten tidak harus dalam bentuk ceramah. Pesan kebaikan juga bisa.
“Ajarilah anak anak kalian dengan budaya mereka, bukan dengan budaya engkau. Karena anak anakmu diciptakan di masa sekarang, bukan di masa engkau. Semakin mudah berita diterima, maka semakin harus tinggi analisis kita,” tambahnya.
“Kalau kebaikan tidak hadir, kemungkaran yang akan hadir. Kalau pesan nabi tidak hadir, pesan setan yang akan hadir. Kalau kita enggak mau memaksa diri kita untuk membuat konten atau kita yang bicara, peran untuk dakwah islam. Maka orang-orang yang melakukan kemungkaran yang akan masuk,” pesannya.
“Masuklah ke media sosial dengan kebaikan-kebaikan secara masif atau kemungkaran yang sudah hadir memenangkan dari pada kebaikan,” pungkasnya.
Seminar ini menghadirkan narasumber, Sekretaris Umum MUI DK Jakarta, KH. Auza’i Mahfudz, Ketua KPID Jakarta, Puji Hartoyo, S.E., M.M., Ketua Komisi Infokom MUI DK Jakarta, Raihan Febriansyah, M.Kom. dan Produser Program Religi TVRI, Rita Hendri Okmawati, serta peserta dari ormas dan mahasiswa se-Jakarta.
Melalui Seminar Penyiaran Aktivis Ormas Islam Jakarta ini MUI berharap masyarakat memahami cara berinteraksi dengan media secara bijak dan benar.
“Dengan indikator, kritis terhadap pesan media, paham tentang isu liputan media, menyadari media bisa mempengaruhi gaya hidup, sikap dan nilai,” ujar Faiz Rafdi.
Faiz juga menambahkan, literasi penyiaran diharapkan dapat mengembangkan sensitivitas terhadap isi media, memahami persoalan pemilikan, finansial, dan regulasi industri media.
” Serta dapat memperhitungkan peran media dalam pengambilan keputusan serta mampu mempengaruhi media,” tutup Faiz. [ind]