BAGI seorang ibu keturunan Bosnia-Kroasia, Amina, penggunaan kekerasan yang tidak perlu oleh polisi Jerman sudah menjadi hal yang biasa ia lihat dalam setiap protes pro-Palestina yang dihadirinya di Berlin.
Tetapi saat itu pun, dia tidak siap menghadapi kebrutalan seperti yang dilancarkan pasukan minggu lalu terhadap sekelompok orang yang menuntut gencatan senjata di Gaza dan diakhirinya perang Israel terhadap Palestina yang telah menewaskan lebih dari 40.000 orang sejak Oktober lalu.
“Semakin jelas bahwa kebrutalan polisi benar-benar sewenang-wenang,” kata Amina yang berdomisili di Berlin.
“Ada kemungkinan besar seseorang akan terbunuh karena dicekik oleh petugas polisi terhadap pengunjuk rasa, bahkan jika mereka adalah anak di bawah umur, perempuan, atau penyandang disabilitas.”
Jerman merupakan salah satu dari sedikit negara yang secara gigih mendukung Israel dalam perangnya di Gaza, dengan Berlin menyediakan pasokan senjata secara tetap kepada negara Zionis tersebut.
Para analis mengatakan bahwa penggunaan kekuatan yang tidak proporsional oleh polisi Jerman terhadap pengunjuk rasa damai pro-Palestina, khususnya anak-anak mencerminkan sikap Berlin terhadap perang Gaza.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan petugas polisi membanting pengunjuk rasa ke tanah dan memukul, menyeret, mencekik, serta meninju kepala mereka.
Salah satu video menunjukkan seorang pengunjuk rasa wanita dicekik di leher dan dibanting ke tanah, wanita lain dicekik sambil dijepit di tanah, dan seorang pemuda dipukul oleh seorang polisi sambil mengikat tangannya di belakang punggung.
Amnesty International juga mengecam kebrutalan polisi Jerman minggu lalu ketika lebih dari dua lusin pengunjuk rasa ditahan dengan cara yang mengejutkan.
“Kami prihatin dengan video dan laporan penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi terhadap pengunjuk rasa dalam demonstrasi solidaritas Palestina di Berlin pada hari Sabtu,” kata Amnesty dalam sebuah pernyataan pada X.
Amina, yang juga ikut serta dalam aksi protes minggu lalu, mengatakan seorang pengunjuk rasa Palestina di bawah umur yang diidentifikasi sebagai Mohammed berusia sekitar 13-14 tahun diejek oleh petugas polisi saat ia ditangkap karena memiliki bibir sumbing.
Ia mengatakan Mohammed hanya peserta yang diam dan tidak meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina seperti pengunjuk rasa lainnya.
Polisi Jerman Meneror Demonstran Pro-Palestina
“Ini jelas merupakan diskriminasi rasial karena dia berasal dari Gaza,” kata Amina.
Penargetan anak-anak oleh polisi selama demonstrasi damai di negara-negara Eropa telah mendapatkan perhatian global selama beberapa bulan terakhir, dengan pengunjuk rasa pro-Palestina menghadapi beban kebrutalan.
Pada bulan Juni, seorang anak berusia tujuh tahun termasuk di antara beberapa anak di bawah umur yang ditangkap oleh polisi Jerman dalam beberapa kasus paling mengejutkan akhir-akhir ini.
Seorang anak didakwa karena memukul helm seorang polisi dengan benderanya.
Awal tahun ini, para aktivis telah menulis surat terbuka kepada menteri dalam negeri dan kepala polisi Jerman untuk menyoroti kebrutalan polisi terhadap anak-anak dan wanita.
“Banyak kasus yang membuktikan bahwa polisi tidak menjaga dan memastikan perlindungan penting bagi anak di bawah umur dengan menahan anak-anak dan remaja secara paksa dengan tangan diborgol, terkadang tanpa memberi tahu orang tua mereka,” bunyi pernyataan tersebut.
Dalam laporannya tahun 2024, Amnesty menandai meningkatnya kebrutalan polisi terhadap anak-anak selama demonstrasi perdamaian.
Baca juga: Demonstran Bersiap untuk Unjuk Rasa Besar-besaran di Jantung AS Selama Kunjungan Netanyahu
Meskipun tidak secara khusus membahas protes pro-Palestina, laporan tersebut menyebutkan politisi Jerman bersalah karena memberikan “pernyataan negatif dan menghasut” terhadap anak-anak.
Putri Amina, Fatima, 12 tahun, termasuk di antara anak-anak yang menghadapi kebrutalan polisi saat menghadiri demonstrasi pro-Palestina tahun lalu.
“Dia (seorang polisi) menarik saya menjauh (dari yang lain), dia mengeluarkan (keluar) semprotan merica dan menyemprotkannya tepat ke mata saya sambil melihat ke arah saya,” kenang Fatima, yang telah berteriak minta tolong dan berlari melewati kerumunan sebelum ibunya menemukannya.
“Semakin sering Anda menghadiri demonstrasi, semakin Anda memahami cara polisi beroperasi dan bagaimana mereka secara sengaja memprovokasi eskalasi,” kata Amina.
“Saat mereka mulai mengenakan helm, Anda harus pergi ke tempat lain. Ini adalah tanda-tanda sebelum mereka mulai mengamuk.”[Sdz]
Sumber: trtworld