NEW York Times merilis laporan tentang di balik pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran. Menurut media Amerika ini, Haniyeh terbunuh tidak diroket atau oleh drone. Tapi melalui bom yang diselundupkan dua bulan sebelumnya ke kamar Haniyeh. Kok bisa?
Media massa heboh dengan laporan New York Times (NYT) tentang di balik peristiwa pembunuhan tokoh utama Hamas, Ismail Haniyeh. Di luar analisis banyak pakar, NYT menyebut bahwa asal bom bukan roket atau drone. Melainkan bom yang diselundupkan ke kamar Haniyeh, dua bulan sebelum kejadian.
Menurut laporan NYT, Kamis (1/8), bom diselundupkan dua bulan sebelum kejadian. Dan, diledakkan dari jarak jauh. Itulah kenapa ledakannya begitu akurat. Bahkan masih menurut NYT, kamar sebelah Haniyeh yang dihuni pemimpin Jihad Islam hanya mengalami kerusakan kecil.
NYT mengaku bahwa infomormasi ini bersumber dari seorang pejabat AS, dua pejabat Iran, dan lima pejabat Timur Tengah yang tidak mau disebutkan namanya.
Laporan NYT inilah yang kini mewarnai hampir seluruh media di dunia, termasuk Indonesia. Spekulasi pun menjadi liar. Prasangka tidak hanya tertuju pada intelijen Israel, tapi juga di Iran sendiri.
Terlalu Hebat untuk Dipercaya
Tidak mudah untuk mengungkap sebuah trik pembunuhan tingkat tinggi. Terlebih yang melibatkan tokoh-tokoh dunia yang menjadi pusat perhatian publik. Bahkan kasus pembunuhan terhadap Presiden AS ke-35, John F Kennedy saja butuh waktu 10 bulan. Dan hal itu dengan korban pejabat AS, tim penyidik top AS, dan pelakunya juga warga AS.
Bagaimana mungkin sebuah media massa bisa melaporkan hasil investigasi dengan proses kerja yang kurang dari 24 jam. Dan hal itu melibatkan sedikitnya tiga negara: Iran, Israel, dan Palestina.
Penyebutan narasumber yang tidak mau disebutkan identitasnya merupakan dua sisi yang rawan dimanipulasi. Satu sisi sebagai kerahasiaan investigasi, sisi lain sulit untuk dikonfirmasi.
Misteri Bom yang Diselundupkan
Untuk para pejabat yang terkait, seperti Iran, Hamas, Qatar, dan lainnya; mungkin tidak akan termakan berita NYT ini. Tapi tidak demikian untuk opini dunia, termasuk umat Islam.
Jika tanpa ada laporan NYT ini, publik dunia khususnya umat Islam meyakini bahwa Israel adalah pihak yang paling disalahkan. Atau setidaknya, mereka akan bersabar untuk menunggu hasil investigasi pihak keamanan Iran.
Namun, opini yang diyakini itu seolah buyar, bahkan memunculkan kecurigaan terhadap tuan rumah, yaitu Iran.
Kecurigaan ini bermuara pada ‘penyelundupan bom sejak dua bulan sebelum kejadian’. Menyelundupkan bom tidak seperti menyelundupkan pakaian, sepatu, atau lainnya. Terlebih lagi bom pintar yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Akhirnya akan memunculkan kecurigaan adanya pejabat Iran yang terlibat. Termasuk panitia pelaksana pelantikan presiden karena merekalah yang menentukan di mana Haniyeh akan menginap.
Sensitifnya Posisi Iran di Dunia Islam
Bukan rahasia lagi kalau masih ada ‘bara’ antara sunni dan syiah. Satu sama lain saling curiga dan mengambil jarak. Mungkin inilah yang menjadi target lain dari laporan NYT.
Hamas adalah sunni yang bermazhab Syafi’i seperti halnya umat Islam di Indonesia dan Asia Tenggara umumnya.
Dengan kata lain, isu utama yaitu terbunuhnya Ismail Haniyeh oleh Israel menjadi bias dengan munculnya kecurigaan terhadap posisi Iran sebagai tuan rumah.
Padahal, Israel sudah mengakui secara terbuka sebagai pelakunya. Dan hal ini tergolong jarang dilakukan oleh Israel karena biasanya operasi intelijen mereka selalu berujung pada diam.
Pengakuan Israel dimunculkan oleh media Barat sebagai pemakluman. Hal ini setelah pejabat Israel mengakui mentargetkan para pemimpin Hamas termasuk Haniyeh sebagai buruan karena sakit hati pada ‘kecolongan’ peristiwa 7 Oktober 2023.
Orang Lupa Siapa NYT
New York Times bukan media massa baru. Media yang dimiliki keluarga Adolph Ochs ini sudah berdiri sejak 1896.
Dari Adolph Ochs ini, media diwariskan ke puterinya, Iphigene yang akhirnya berpasangan dengan Arthur Hays Sulzberger.
Dari Keluarga Sulzberger inilah NYT terus dikelola hingga saat ini berhasil melahirkan 15 media massa di Amerika.
Sulzberger Junior yang kini memegang kendali NYT bukan orang sembarangan dalam keluarga Yahudi imigran Jerman ini. Kakeknya juga seorang Rabbi Isaac Mayer Wise.
Dengan kata lain, NYT bukan pihak ‘netral’ dalam kasus kejahatan Israel. Bahkan bisa dibilang, NYT sebagai pemain, bukan media massa yang murni melaporkan apa adanya.
Inilah pengalihan isu yang sangat canggih. Opini digiring bukan kepada siapa penjahatnya. Melainkan dengan siapa para penjahat bekerja sama. Dan yang bekerja sama dengan penjahat lebih jahat dari penjahat yang utama. [Mh]