HAMAS dan Fatah akhirnya meneken perjanjian damai atau rekonsiliasi, Selasa (23/7) di Beijing. Kesepakatan damai itu juga diikuti 12 faksi lain. Palestina siap merdeka?
Cina mengambil peran strategis di konflik terbuka Israel Gaza. Konflik yang sudah berjalan sejak Oktober tahun lalu itu sudah menyeret berbagai negara untuk terlibat. Antara lain, Lebanon, Yaman, Iran, dan tentu saja Amerika di pihak Israel.
Langkah Cina ini tergolong sangat strategis. Dan rekonsiliasi seluruh faksi yang ada di Palestina termasuk Hamas dan Fatah merupakan dasar bagi berdirinya Palestina merdeka.
Sebelumnya, mantan Wapres Jusuf Kalla juga sudah dua kali mengadakan pertemuan dengan pemimpin Hamas. Isinya seirama dengan apa yang digagas Cina: rekonsiliasi. Karena jangan sampai berakhirnya perang Gaza dan Israel, akan memunculkan ketegangan baru antar faksi di Palestina sendiri.
Reaksi Israel dan Amerika
Kesepakatan damai seluruh faksi termasuk Hamas dan Fatah di Beijing ini juga mendapat reaksi dari Israel dan Amerika. Keduanya sama-sama tidak setuju dengan rekonsiliasi itu.
Bahkan, Amerika dan Israel mempersoalkan Fatah yang merupakan simbol pemerintahan Palestina bentukan mereka mau berdamai dengan faksi yang mereka sebut sebagai ‘teroris’.
Hal ini seolah menyiratkan agenda tersembunyi Amerika dan Israel selama ini, yaitu adanya adu domba antar faksi di Palestina, khususnya Hamas dan Fatah.
Dengan kata lain, rekonsiliasi ini membubarkan strategi pelemahan kekuatan faksi di Palestina ala Amerika dan Israel selama ini. Karena persatuan faksi-faksi itu tidak tertutup kemungkinan akan melahirkan agenda bersama untuk melawan Israel.
Berakhirnya Konflik Hamas dan Fatah dan Terbukanya Merdeka Palestina
Hamas dan Fatah merupakan dua kekuatan terbesar di Palestina. Sejak bergulirnya pemilu di Palestina, dua faksi ini kerap saling bersaing ketat. Terakhir, pemilu pada tahun 2006 yang dimenangkan Hamas.
Bahkan pasca pemilu tersebut, Fatah merasa tidak terima dengan hasil yang dimenangkan Hamas. Konflik senjata keduanya pun tak terhindarkan.
Setahun kemudian, Hamas dan Fatah terlibat perang terbuka di kawasan Gaza. Sejumlah korban berjatuhan. Perang pun dimenangkan Hamas yang akhirnya menjadikan Fatah terusir dari wilayah Gaza. Mereka membangun basis kekuatan di Tepi Barat yang merupakan wilayah pendudukan Israel.
Jika Hamas dan Fatah menyudahi konflik lama mereka, maka dua kekuatan besar yang memisahkan wilayah Palestina bisa disatukan kembali. Yaitu, Gaza di selatan sebelah barat dan Tepi Barat di utara sebelah timur wilayah Palestina.
Selama ini, terpecahnya dua faksi besar ini sangat menguntungkan Israel. Karena kekuatan Palestina yang terpecah akan sulit bisa bertempur melawan Israel.
Mahkamah Internasional atau ICJ sudah memutuskan ilegalnya Israel di tanah Palestina. Dan Cina sudah berhasil menyatukan semua faksi di Palestina. Dengan begitu, kemerdekaan Palestina yang didukung semua pejuang Palestina hanya tinggal waktu. [Mh]