HATI dalam bahasa Arab disebut qalbu. Artinya yang berbolak-balik.
Dalam diri kita ada sesuatu yang sangat menentukan. Jika dia baik, baik semua diri kita. Dan jika dia buruk, buruk pula semua amal kita.
Itulah hati kita. Ia bisa berbolak-balik menurut kehendak Allah subhanahu wata’ala. Tak seorang pun bisa aman dengan keadaan hatinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa, “Ya muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘alaa diinik.” Wahai Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku (senantiasa) dalam agama-Mu.
Sedemikian seringnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa itu, salah seorang istri beliau, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, pernah menanyakan hal itu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Wahai Ummu Salamah, hati manusia selalu berada dalam jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah memberikan keteguhan dalam iman.
“Dan siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi)
Hati yang sehat adalah hati yang ridha dengan Allah, ridha dengan Rasulullah, dan ridha dengan ajaran Islam. Tidak ada sedikit pun keraguan, apalagi pengingkaran.
Ujian tentang sehat dan tidaknya hati bisa bermacam-macam. Bahkan para sahabat pun hampir goyah dengan ujian itu.
Yaitu, ketika usai Perang Hunain di mana begitu banyak ghanimah atau harta rampasan perang. Nabi membagi seluruh ghanimah untuk ‘kaum mualaf’ dari warga Mekah yang baru saja masuk Islam. Sementara warga Madinah tak menerima.
Para sahabat dari Madinah gempar. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar kegelisahan itu.
Nabi pun memberikan nasihat kepada mereka. Antara lain, “Apakah kalian lebih ridha pulang bersama unta, kuda, dan harta itu seperti yang diperoleh mereka? Sementara kalian pulang bersamaku.”
Mereka pun menangis menyesali sikap buruk itu. Ada seorang dari suku Badui yang bahkan berani menggugat Nabi, “Hai Muhammad, berlaku adillah!”
Nabi begitu marah dengan ucapan itu. Beliau mengatakan, “Celaka engkau. Kalau aku tidak adil, siapa yang bisa lebih adil…”
Bayangkan kaliber hati para sahabat yang begitu hebat, bisa sempat goyah hanya lantaran jatah rampasan perang. Bagaimana dengan kita?
Perbanyaklah zikir karena berzikir bisa menenangkan hati. Begitu pun dengan membaca Al-Qur’an karena Al-Qur’an sebagai pengobat untuk hati. Dan tentu saja berdoa seperti yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Ya muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘alaa diinik.” Ya Allah, kokohkanlah hatiku (senantiasa) istiqamah dalam agama-Mu. [Mh]