TAFAKUR yang ketiga adalah tafakur fi wa’dillah. Merenungi janji-janji Allah.
Tafakur ini dapat menyalakan rasa himmah war raja (perhatian dan harapan).
Semangat beramal, berjuang dan berkorban dengan harta, tenaga dan jiwa karena tertarik dengan apa yang dijanjikan Allah.
Orang yang berinfak dijalan Allah akan dibalas ratusan kali lipat (QS. Al-Baqarah:264).
Yang mati di medan perang sebagai syahid dijamin surga disambut para malaikat (QS. Ali-Imran:169-172).
Shalat berjamaah diberi 27 derajat daripada shalat sendiri (HR. Bukhari).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Thalab ilmu diampuni dosa, diliputi Rahmat, didoakan para malaikat (HR. Bukhari Muslim).
Semangat membaca Al-Quran karena setiap huruf yang dibaca akan dibalas dengan 10 pahala (HR. Tirmidzi).
Indahnya surga, di dalamnya segala nikmat tersedia yang tiada putus, tanpa lelah dan tak akan bosan.
Tidak ada keburukan sedikitpun padanya, namun bahagia selamanya (QS Al-Waqiah:12-40).
Keempat, tafakur fi wa’idillah. Dalam rangka merenungi ancaman-ancaman Allah.
Tafakur ini dapat melahirkan rasa takut (khauf) di hati seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca juga: Materi Kultum, Tafakur Dalam 5 Hal (1)
Materi Kultum, Tafakur Dalam 5 Hal (2)
Saat merenungi betapa mengerikannya siksa neraka yang tak putus-putus.
Tak ada sedikitpun kenikmatan di dalamnya (QS. Al-Waqiah:41-60), mengantarkan seseorang tak sanggup untuk tidak tunduk kepada-Nya.
Neraka Saqar disediakan bagi yang tidak suka shalat (QS. Al-Mudatsir:42-43).
Harta yang tidak dizakati akan dikalungkan kelak di hari kiamat kepada pemiliknya (QS. Ali-Imran:180) dalam hadits disebutkan harta tersebut akan menjadi ular besar yang melilitnya.
Penjual agama, pemakan harta anak yatim perutnya dipenuhi api neraka (QS. Al-Baqarah:174).
Kelima, tafakur fi aqshirin nafsi ‘an tha’athillah. Dalam rangka merenungi kelalaian diri saat menjalankan perintah-Nya.
Tafakur ini dapat menumbuhkan keinginan perbaikan (taubat).
Karena seseorang tidak akan melakukan perbaikan selama dia tidak mengakui atau mengetahui kekeliruan pada dirinya.
Di sini pentingnya muhasabah, memeriksa amaliyah diri.
Apa yang tidak dikerjakan, berapa yang dilalaikan.
Berkata Umar bin Khattab:
Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal.
Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikamnya bertutur:
Salah satu tanda kematian hati adalah ketiadaan rasa pedih pada dirimu atas perbuatan taat yang luput dan ketiadaan rasa sesal atas kesalahan yang kau lakukan.
Sumber: Kultum 100 Judul – Ust. Lathief Abdallah
[Sdz]