PRINSIP kepemimpinan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Ali-Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ١٥٩
Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu.
Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting).
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ayat ini berhubungan dengan peristiwa pasca perang Uhud.
Di mana, dalam kondisi evaluasi kerja, tidak jarang seorang pemimpin terjebak dalam emosi, bahkan dapat berbuat semena-mena terhadap anggotanya, yang dianggap sebagai penyebab kegagalan tersebut.
Namun apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan bimbingan dari Allah terhadap sahabatnya telah memberikan contoh mulia bagi seorang pemimpin.
Sikap beliau terhadap mereka walaupun sebagian dari mereka telah lari dari medan perang tetap santun, tidak kasar, tidak keras hati, mudah memaafkan, dan memintakan ampun atas dosa mereka kepada Allah.
Baca juga: Shalat dan Kesehatan Jasmani
Prinsip Kepemimpinan Nabi Muhammad
Bahkan, untuk mengembalikan kepercayaan antara pemimpin dengan umatnya, beliau tidak segan-segan mengajak kembali mereka untuk memperbaiki kondisi dengan mengajak musyawarah.
Sikap mulia semacam itu ditegaskan sebagai rahmat Allah yang diberikan kepada Rasulullah, untuk bisa menjadi contoh bagi seluruh umatnya.
Allah berkalam, yang artinya:
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (At-Taubah:128).
Ayat ini merupakan hasungan kepada umat Rasulullah.
Bila menjadi seorang pemimpin (dalam segala hal), misalnya menjadi suami, ayah, ustadz, guru, dan berbagai bentuk kepeimpinan yang lain, maka hendaknya umat ini meniru akhlak-akhlak mulia beliau tersebut.
Apabila seorang pemimpin bersikap kasar, keras hati, tidak mau memahami orang yang dipimpin, maka otomatis orang yang dipimpin tersebut akan lari dari kepemimpinannya.
Ia tidak mau menaati perintah pimpinannya, meski apa yang dikatakan oleh pemimpin tersebut benar.
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]