TATREEZ Palestina dalam kimono Jepang, simbol budaya solidaritas.
Selama satu dekade terakhir, Maki Yamamoto telah menggabungkan teknik tusuk silang Palestina yang unik ke dalam ikat pinggang kimono.
Sehingga memperlihatkan perpaduan sempurna antara dua budaya berbeda. Apresiasi Maki Yamamoto terhadap tatreez Palestina sudah ada sejak lama.
Penduduk asli Tokyo ini mendapati dirinya terpesona oleh keindahan tatreez Palestina sejak pertama kali dia melihatnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sebagai seorang peneliti di sebuah perusahaan kosmetik sekitar 20 tahun yang lalu, ia mulai menjadi sukarelawan di berbagai acara kebudayaan di kedutaan asing di Jepang.
Termasuk di Palestina, dan menjalin persahabatan lama dengan duta besar Palestina untuk istri Jepang, Maali Siam.
Yamamoto mengagumi pola rumit pada thobe yang dikenakan teman Palestinanya, serta tekstil seperti taplak meja dan sarung bantal yang dipajang di acara-acara.
Baca juga: Tak Henti Mendapat Kiriman Bom, Begini Idul Fitri di Gaza
Tatreez Palestina dalam Kimono Jepang, Simbol Budaya Solidaritas
Seiring dengan tumbuhnya persahabatan mereka, minatnya terhadap Palestina juga meningkat.
Dia mengunjungi Tepi Barat yang diduduki untuk pertama kalinya pada tahun 2013, dan kembali dengan ide untuk memasukkan tatreez Palestina ke dalam kimono.
Khususnya lagi, selempang seperti ikat pinggang yang membungkus pinggang pakaian tradisional Jepang, yang dikenal sebagai obi.
The founder of the 🇵🇸 embroidery kimono accessories project is @maki_ya0521! Some of the project’s creations were displayed at a charity bazaar in Tokyo & the founder has been vocal about Palestine. Imo it’s a cool & socially responsible project worth supporting!
(Thread🧵 1/3) https://t.co/V5o5HA0F72 pic.twitter.com/nSVSs5xaJW
— t・i・f・a ティファ (@theophania89) November 11, 2023
“Bagi saya dan mereka yang mengetahui sejarah kimono, ini adalah perpaduan yang sangat alami karena kimono telah dipengaruhi oleh negara-negara tetangga melalui Jalur Sutra Tiongkok, Korea, Persia, Suriah, dan banyak budaya lainnya,” ujar Yamamoto.
Di persimpangan karirnya, Yamamoto sudah mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaannya selama satu dekade di bidang penelitian kosmetik.
Kemudian memulai bisnisnya sendiri yang didedikasikan untuk pertukaran budaya, termasuk desain, produksi, dan penjualan Tatreez Palestina.
“Jadi saya memutuskan untuk mengerjakan sulaman Palestina untuk membuat obi,” kata Yamamoto.
Proyek Obi Sulaman Palestina lahir pada tahun 2014, semacam usaha sosial yang pendirinya berkolaborasi dengan perempuan di Tepi Barat.
Sebagian besar di kamp pengungsi Amari di Ramallah. Dia juga mulai bekerja dengan penyulam di Gaza.
Karena serangan Israel terhadap daerah kantong yang terkepung, Yamamoto mengatakan untuk sementara berhenti membuat obi dengan perempuan di Gaza.
Karena tentu saja dikarenakan situasi sangat buruk. Dia kehilangan kontak dengan mereka sejak perang dimulai dan tidak tahu apakah mereka aman.
“Saya berharap mereka masih hidup, namun banyak orang telah terbunuh,” harap Yamamoto.
Sumber: TRTWORLD
[Sdz]