HIDUP tanpa duniawi memang cukup menarik. Karena duniawi boleh jadi ‘pengganggu’ yang cerdik.
I’tikaf merupakan ibadah di akhir Ramadan. Selama sepuluh hari terakhir, umat disunnahkan untuk berada di masjid, dan melupakan duniawi untuk sementara.
Makan dan minum di masjid. Tidur sekadarnya di masjid. Mandi di masjid. Segala hal yang darurat serba di masjid.
Bukan menjadikan masjid sebagai tempat tinggal sementara. Melainkan, memaksakan diri untuk menetapkan jasmani dan ruhani tak lepas dari masjid.
Seperti itulah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahum ajma’in. Dimulai dari malam 21 dan berakhir di penghujung Ramadan.
Di mana hikmahnya? Untuk melatih diri mampu melawan godaan duniawi, demi fokus untuk taqarub kepada Allah subhanahu wata’ala.
Duniawi memang bukan sekadar ujian. Tapi juga penggoda yang mampu memanipulasi jiwa. Seribu satu urusan duniawi terus melambai-lambai minta diperhatikan. Padahal, mereka sudah dipenuhi selama 355 hari di selain i’tikaf.
Sepuluh hari memang terkesan begitu lama. Tapi dibandingkan dengan 365 hari yang tersedia, durasi itu sangat sejenak.
Tapi begitulah, setan dan nafsu kita merengek-rengek betapa lamanya sepuluh hari itu. Bisikan-bisikan pun berujar, “Kenapa tidak di malam hari saja? Kenapa di malam ganjil saja? Kenapa tidak di malam 25, 27, dan 29 saja?” Dan seterusnya.
Persoalannya bukan tentang malam ganjilnya. Tapi tentang durasi tarbiyah jasmani dan ruhani selama sepuluh hari itu. Yaitu melatih diri bahwa dunia itu jangan terus-menerus dimanjakan, karena dia akan berubah menjadi pengendali.
I’tikaf tak ubahnya seperti proses metamorfosis ulat yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang indah. Yaitu ketika kepompong memaksa ulat untuk tak lagi rakus, liar, dan tak pernah cukup.
Ulat tidak mati di kepompong. Ulat juga tidak tersiksa. Ia sebenarnya sedang berbenah diri, untuk meninggalkan dirinya yang lama menjadi sosok yang baru.
Jadi, i’tikaf bukan sekadar memburu malam Lailatul Qadar. Meskipun itu menjadi salah satu yang dituju.
I’tikaf merupakan paket puncak dari tarbiyah Ramadan. Di mana kita memfakumkan duniawi yang kotor untuk sementara dan mi’raji dalam suasana ‘langit’ yang suci. [Mh]