ChanelMuslim.com- Pekanbaru. Nama Ustadz Abdul Somad sangat popular di Tanah Air, juga mancanegara. Banyak orang penasaran, siapa sesungguhnya guru dan pembimbing ustaz kelahiran Asahan, Sumatera Utara dan kini mengajar di UIN Sultan Syarif Kasim, Riau itu? Abdul Somad belum pernah bercerita detail tentang proses pendidikan sarjananya di Universitas Al-Azhar, Mesir dan pascasarjana di Institut Darul Hadits al-Hassania, Maroko.
Tetiba dalam Instagram (17/3), Abdul Somad menulis: “Tahun 2006 Persatuan pelajar Indonesia se-Timur Tengah dan Eropa mengadakan Seminar Internasional di Rabat, Maroko. Di antara narasumber yang hadir adalah Dr. Hidayat Nur Wahid, salah seorang tokoh inspirator bagi saya.” Karuan saja, posting itu mendapat respon hangat dari para netizen. Apalagi, Abdul Somad menayangkan foto ketika masih kuliah di Maroko, berdampingan dengan Hidayat Nur Wahid yang waktu itu menjabat Ketua MPR RI.
Apa yang membuat Hidayat Nur Wahid jadiinspirator bagi Abdul Somad? “Pendidikannya S3 Universitas Islam Madinah. Berhasil di bidang akademik, intelektual dan politisi Muslim,” jelas instagramnya. “Setelah 12 tahun berlalu, Allah (swt) pertemukan kami dalam majelis yang baik. Semoga mendapat barokah kesantunannya, nasihat dan doa.”
Pertemuan kedua tokoh nasional di Pekanbaru (17/3) itu sarat dengan nuansa persahabatan dan keilmuan, ibarat guru dan murid yang sudah lama tidak berjumpa. Sebagai santri alumni Pondok Gontor dan Universitas Islam Madinah, Hidayat menjadi role model dan idola bagi mahasiswa alumni perguruan tinggi Timur Tengah. Hidayat terbukti sukses menjadi pimpinan lembaga tinggi negara dengan latar belakang pendidikan Islam, padahal selama ini kaum santri sering dijuluki kaum sarungan dengan nada pejoratif.
Abdul Somad ketika itu melihat Hidayat memberikan khutbah Jum’at dalam bahasa Arab tanpa teks dan ia bertekad bisa juga melakukannya. Peristiwa itu sangat menginspirasi Abdul Somad untuk bisa sukses dalam dakwah. Dalam pertemuan terkini, kedua tokoh sangat akrab dan saling bertukar kabar. Abdul Somad meminta petuah dan nasihat agar bisa tetap istiqomah dalam dakwah.
Dalam istagramnya, Somad membuat pantun: “Anak raja menangkap sepat, sepat ditangkap di tepi gaharu. Tahun 2006 bertemu di Rabat, 2018 bersua di Pekanbaru.” Dalam instagramnya pula, Hidayat membalas pantun Abdul Somad: “2006 bertemu ust Abdul Somad di Rabat, 2018 bersua di Pekanbaru. Lama jua tidak berjabat, kini Datuk Seri Ulama Setia Negara kian berilmu.”
Direktur Center for Indonesian Reform (CIR), Sapto Waluyo, melihat fenomena persahabatan Abdul Somad dengan Hidayat Nur Wahid menunjukkan regenerasi ulama dan intelektual Muslim Indonesia yang tak pernah putus. “Selalu tersambung nasab da’i dan ulama Muslim nusantara di berbagai zaman. Mereka yang berlatar belakang daerah dan budaya berbeda ternyata bisa sejalan dalam pemikiran dan aksi untuk memajukan Indonesia. Tokoh politik atau pejabat negara (struktural) bisa bergandeng tangan dengan tokoh da’i yang merakyat (kultural),” jelas Sapto.
Sapto memprediksi regenerasi kepemimpinan nasional Indonesia akan berjalan mulus dan memperoleh bibit kepemimpinan terbaik, bila merangkul kelompok relijius dan nasionalis. “Dikotomi yang membelah dan membenturkan tokoh relijius dan nasionalis saat ini akan merusak fondasi kehidupan berbangsa. Tokoh Islam telah memberi kontribusi besar bagi kemerdekaan dan kemajuan Indonesia, demikian pula tokoh nasionalis. Kedua arus ini harus bergandeng tangan, bila Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,” Sapto menandaskan. (Mh)