ADA sebuah kisah tentang metode penanaman akidah yang menggugah jiwa. Abdullah ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Wahai pemuda, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.
Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu.
Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Baca Juga: Bukan Perjalanan Mencari Tuhan, ini Kisah Nabi Ibrahim Menanamkan Akidah Tauhid kepada Kaumnya
Metode Penanaman Akidah yang Menggugah Jiwa
Abdullah Ibnu Abbas adalah anak Abbas, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia lahir tiga tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah wafat, dia baru berumur tiga belas tahun.
Ketika dia lahir, ibunya membawa dia untuk menemui Rasulullah yang kemudian men tahnik Abdullah Ibnu Abbas yang baru lahir. Inilah ikatan pertama yang dilakukan Rasulullah kepada Abdullah ibnu Abbas.
Ketika kanak-kanak, Abdullah mengikuti Rasulullah kemana saja. Dia mengambilkan air untuk wudhu kemudian berdiri di samping Rasulullah ketika shalat. Dia juga menemani Rasulullah dalam setiap perjalanan.
Abdullah lahir tiga tahun sebelum hijrah dan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam mendoakannya “Ya Allah berilah ia pengertian dalam bidang agama dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir).”
Allah mengabulkan doa Nabi-nya dan Ibnu Abbas belakangan terkenal dengan penguasaan ilmunya yang luas dan pengetahuan fikihnya yang mendalam, menjadikannya orang yang dicari untuk di mintai fatwa penting sesudah Abdullah bin Mas’ud, selama kurang lebih tiga puluh tahun.
Tentang Ibnu Abbas, Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah berkata :”Tak pernah aku melihat seseorang yang lebih mengerti dari pada Ibnu Abbas tentang ilmu hadits Nabi Shallallahu alaihi Wassalam serta keputusan-keputusan yang dibuat Abu Bakar, Umar, dan Utsman.”
Dalam hadits di atas, Rasulullah mengajarkan kita untuk menanamkan aqidah yang benar ke dalam jiwa anak-anak kita. Pengajaran ini, beliau lakukan saat berkendaraan.
Beliau berbincang-bincang dengan Ibnu Abbas perihal Allah di atas kendaraan. Ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita dalam perjalanan, kita bisa melakukan pendidikan kepada anak lewat perbincangan yang santai dan menyenangkan.
Hal lain, Rasulullah memulai kalimatnya dengan kata, “Wahai pemuda,” hal ini merupakan kalimat tekanan, agar Ibnu Abbas memusatkan perhatian, pikiran dan hatinya pada apa yang akan Rasulullah katakan.
Kalimat ini menimbulkan rasa penasaran dan ingin tahu pada diri Ibnu Abbas. Rasulullah menarik perhatiannya untuk segera meraih ilmu dari perkataannya tentang kaidah agama yang mendidik intelektual, menggugah pikiran, menerangi akal, dan mengokohkan aqidah.
Rasulullah menanamkan kalimat yang abadi tentang menjaga Allah dengan metode yang bijak sana. (Maya Agustiana/Cms]