Chanelmuslim.com – Jibbs itu sekolah yang dibangun tanpa rencana, awalnya begini…
Suami saya dan saya ketika kembali dari Malaysia hanya punya uang sedikit dan itu cuma cukup untuk sewa rumah di Jakarta dan kemudian beli tanah di puncak. Saya pikir saya beli vila kecil (waktu itu vila sakinah cuma rumah penduduk yang gelap dan dindingnya bambu), saya pikir dari hasil vila saya buat bayar uang sewa rumah di Jakarta. Ingat gak miss Permata dan Pak Pilan, Mr Azure n Ustad Sayfri, kita bikin daurah pertama di sini -anak kelas satu SD angkatannya Syifa-.
Tapi gak tahu kenapa ditengah kesibukan membangun Jisc di curug, yaa waktu itu Jisc baru pindah dari kandang kebo (julukan orangtua murid, saking sekolah kita dulu jeleknya setengh mati, haha…), saya malah berpikir untuk “ahh daripada tanah dibawah itu gak dipakai mendingan buat bikin rumah tahfidz dan suami saya kemudian ketemu ustadz Ade almarhum. Nama beliau cukup harum sehingga akhirnya ada beberapa yang masuk Jibbs selain saya juga promosi mati-matian dan akhirnya ada beberapa orangtua yang percaya, waktu itu 11 orang, yaitu bapaknya Diaz yang pertama kali bayar, saya ingat ketika ditanya berapa uang masuk, langsung saja saya jawab “Rp.5,5 juta, bayar 2 kali.” “Bulanan berapa?” saya jawab “Rp 550 ribu sebulan, makan 3 kali plus snack 2 kali (ada susu, kue 2, rendang dan lain-lain), bukan Sate (sayur Tempe) atau T3( tahu Teri tempe).” Haha…gak mikir dan gak pakai hitung-hitungan… (decide di tempat!).
Akhirnya, jadilah sebuah saung yang kemudian dipakai sebagai tempat tidur, tempat belajar, tempat sholat, tempat makan dan tempat macam-macam (5 in one – semua kegiatan dalam satu ruangan). As info sekarang Jibbs sudah punya 3 lahan plus 1 lahan kosong dan 2000 meter tanah kosong, Mashaa Allah.
Ketika itu saya kumpulkan semua guru Jisc (dulu kita rapat dan training tiap hari), saya tanya “siapa yang mau jadi kepala sekolah di Puncak?” tidak ada yang bersedia sampai akhirnya walikelas 3 SD yang gak famous mengangkat tangannya ketika saya sudah mulai putus asa -masak iya sih gak ada yang mau wahai para ustad…?- Akhirnya berangkatlah sang walikelas yang guru tahfid dan guru diknas ketika itu yang awal masuk Jisc malah gak di gaji 4 bulan karena kelupaan namanya masuk dalam administrasi, tapi beliau diam saja (enak juga ya kalau punya guru pendiam).
Namun dalam diamnya, bersama dengan kawan-kawannya yang beliau bawa dari Bandung, dan satu lagi seorang calon staff Jisc-volunter tsunami Aceh- yang ditolak tapi kemudian saya panggil lagi untuk bergabung di Jibbs, maka jadilah mereka mujahid-mujahid Pangrango. Yang jujur saja seringkali saya lupakan dan baru saya ingat ketika muncul dengan barongsaynya dalam acara Performance day… selalu menggemparkan dalam acara acara besar Jisc…
Mereka melalui hari-hari di boarding dengan susah payah, dan mereka terkenal hemat sampai akhirnya saya baru tahu sempat mereka untuk beli sayur kol saja musti ngutang dulu karena saking pendiam uang ROP tidak turun mereka diam saja dan saya asyik saja dengan apa yang ada di depan mata -mereka berada jauh di mata- tapi dalam kesusahan itu mereka menjadi sosok-sosok yang tegar.
Kadang, kesusahan membuat kita tegar dan kepribadian kita tanpa sadar terbentuk daripada kesusahan itu -ada penyesalan dari saya karena bertahun-tahun saya melupakan mereka namun saya khawatir bila saya terlalu dekat mereka menjadi lalai dan tidak tegar lagi.
Tantangannya adalah “mampukah kita tetap bagus dan tsabat dan tegar ketika kita ada dalam comfort zone, dalam kesenangan?”
Suasana kalau mam Fifi datang ; ada ilmu, ada door prize, ada makan-makan di cimory dan coklat-coklat enak ..? haha…itu pun juga baru sesekali yaa??” Tantangan kita bersama adalah bagaimana kita tetap mendapat kesenangan tapi juga tetap tsabat.
Terus terang kadang kadang saya sendiri suka mencari “penderitaan” -ketika saya rasakan saya sudah banyak peroleh kesenangan agar saya tidak menjadi ‘hamba yang lupa’-.
Jibbs adalah ‘rumah pertama saya.’
(Oh ya mereka manggil saya ustdzah Syafiyah, mereka memang ustad-ustad yang baik -semoga mereka tetap istiqomah sama seperti kalian di Kodam, Curug, Joglo dan Depok).
-love from Perth- 23 March 2015.