WAKTU mengingatkan kita banyak hal: tentang ibadah, tentang usia, tentang keterbatasan tenaga, tentang batas berkuasa, dan tentang keadilan.
Jika kita berada di luar ruangan, meski tak membawa jam, maka posisi matahari bisa mengingatkan kita tentang waktu: waktu pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam.
Misalnya, para pemancing yang keasyikan dengan hobinya. Meskipun itu membuatnya terlena, tapi posisi matahari akan mengingatkannya bahwa ada kegiatan lain yang lebih penting atau keasyikan Anda sudah harus berakhir karena akan datang malam.
Namun, jika kita berada di sebuah ruangan tertutup dengan pencahayaan yang stabil, kita akan kesulitan mengira berapa lama waktu yang sudah dihabiskan dan berapa lagi yang tersisa dari jatah kegiatan kita.
Misalnya, para gamer yang keasyikan di sebuah ruangan, ia akan lupa dengan waktu. Tak tahu lagi apakah hari masih siang, sudah malam, atau sudah berganti hari.
Bahkan, mereka mungkin lupa apakah sudah makan atau belum. Yang mengingatkannya hanya rasa lapar di perut.
Begitulah ketika waktu tak mampu mengingatkannya. Atau, ia sendiri yang sengaja untuk tak mau diingatkan oleh waktu.
Sistem kepemimpinan modern juga mengacu pada waktu. Kapan seseorang masih ada waktu untuk terus memimpin, dan kapan masa kepemimpinannya akan berakhir untuk digantikan orang lain.
Dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wata’ala bersumpah dengan sejumlah waktu. Misalnya, waktu malam, waktu subuh, waktu pagi hari, waktu siang, waktu kehidupan yang disediakan (Wal ‘Ashr), dan seterusnya.
Hal ini menunjukkan bahwa waktu-waktu itu sangat penting untuk menjadi perhatian. Dan juga menunjukkan bahwa dari satu waktu ke waktu berikutnya ada pengingat agar manusia tidak lalai.
Bahwa, hidup itu bukan sekadar menghabiskan masa yang tersedia. Tapi juga mengisinya dengan ibadah, dan berbagai amal soleh lain yang menjadikan masa yang tersedia itu menjadi berharga di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Rentang hidup ini bukan yang secara alami kita peroleh. Bukan pula yang kita usahakan. Tapi, sebuah rentang yang Allah sediakan untuk masing-masing orang. Karena itu, jangan disia-siakan.
Sebuah firman Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kita tentang rentang waktu ini.
Allah berfirman, “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka).
“Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)
Silakan tepuk-tepuk tangan sambil berucap, ‘Selamat panjang umur! Selamat panjang umur!’ Silakan menganggap bahwa hidup masih seribu tahun lagi. Tapi jatah hidup akan tetap terbatas.
Jangan sampai kita akan beramal soleh kalau siang datang. Dan ketika siang datang, akan beramal soleh kalau sore tiba. Dan ketika sore tiba, baru akan menuntaskannya kalau malam datang. Dan seterusnya.
Waktu itu pengingat. Dan ketika terlewat, meski sedetik pun, tak akan bisa dikejar. [Mh]