DALAM mendidik anak, perlukah kita memiliki visi dalam mendidik anak, dan visi yang seperti apa? Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha, Randy Insyaha, menjelaskan mengenai hal ini.
Dalam mendidik anak perlu sekali sebuah visi. Visi dalam mendidik anak itu merupakan turunan dari visi keluarga kita.
Visi keluarga sendiri dirumuskan oleh Ayah Bunda, idealnya dirumuskan Ayah Bunda pada saat awal-awal pernikahan.
Bermula dari visi masing-masing individu kemudian didiskusikan lalu dirumuskan menjadi sebuah visi keluarga. Dalam berumah tangga, ada banyak sekali visi.
Ada orang yang visinya agar menjadi orang yang kaya raya, ada yang ingin menjadi ilmuan, ada yang ingin bergelar doktor dan Profesor, ada yang ingin sukses bekerja di perkantoran.
Ada yang ingin memiliki kedudukan terpandang sebagai anggotanya dewan atau pejabat negara dsb.
Untuk visi kepada anak, ada orang tua yang ingin anaknya menjadi dokter, pembisnis, guru, pilot, ulama, PNS dsb. Namun sebagai seorang muslim, kita dituntun untuk bervisi akhirat.
Tidak hanya bervisi dunia saja tetapi juga bervisi akhirat.
baca juga: Beginilah Visi Najmuddin Ayyub dalam Mencari Jodoh
Perlukah Visi dan Misi dalam Mendidik Anak
Sebagai seorang muslim, kita harus merumuskan visi akhirat yakni meraih surga-Nya Allah dan mendapatkan keridhoan Allah saat bervisi untuk dunianya.
Misalnya nih kita ingin menjadi seorang yang kaya raya. Kenapa kita ingin menjadi orang yang kaya raya dengan tujuan agar kekayaan kita itu mengundang keridhoan Allah, mendatangkan kasih sayang Allah.
Maka kita harus berusaha mencari sumber kekayaan dengan cara yang halal dan menggunakan kekayaan tersebut untuk meraih keridhoan Allah misalnya membangun masjid, mendirikan pesantren, rumah tahfidz, mengasuh dan mendidik anak yatim, membantu banyak orang miskin, banyak bersedekah, memberi buka puasa dsb.
Jadi visi dunia kita untuk menjadi orang yang kaya raya itu, tetap didasarkan pada visi akherat kita yakni masuk surga.
Misalnya lagi kita ingin menjadi seorang yang berwawasan luas dan berilmu tinggi untuk mengharap keridhoan Allah dengan cara berbagi ilmu, sehingga ilmu itu menjadi berkah, bermanfaat bagi orang lain dan menjadi investasi amal kebaikan kita.
Motivasi kita mencari ilmu, kembali lagi bersumber utama untuk menggapai visi akhirat.
Saat kita bervisi menjadi sosok yang memiliki kedudukan/jabatan yang tinggi, sosok leader di sebuah perusahaan, pejabat tinggi di sebuah instansi atau menjadi kepala daerah maka gunakan jabatan itu untuk meraih keridhoan Allah dengan cara menjadi pemimpin yang adil serta membuat kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi orang sehingga atas kepemimpinannya Allah ridho kepadanya.
Jika Ayah, Bunda ingin anaknya menjadi guru maka tekankan kepada anak untuk menjadi guru yang diridhoi Allah.
Ajarkan kepada anak-anak akan makna tulus dan ikhlas hanya mengharapkan keridhoan Allah saat mereka memberikan pengajaran dan pendidikan.
Saat kita ingin anak kita menjadi pemain sepak bola maka ajarkan kepada mereka untuk menjadi pemain yang baik yang menjadi teladan kepada penggemarnya sehingga berbuah amal jariah dan mengajari mereka untuk menginfaqkan sebagian rezekinya untuk kebermanfaatan bagi banyak orang.
Saat kita menginginkan anak kita bervisi menjadi pilot, dokter, polisi, tentara maka tidak cukup sampai tercapainya cita-cita anak tetapi harus dilanjutkan dengan menjadi dokter yang diberkahi Allah dan bermanfaat bagi banyak orang.
Pilot yang diberkahi Allah dan bermanfaat bagi orang lain. Tentara dan polisi yang diberkahi Allah dan bermanfaat bagi orang lain.
Jadi saat kita menanamkan visi kepada anak sebuah profesi tertentu harus ditekankan bahwa profesi itu adalah sebagai washilah/jalan untuk mencari ridho Allah agar visi akhiratnya yakni masuk surga lebih mudah tercapai. Jadi keridhoan Allah adalah yang paling utama.
Apapun profesinya yang terpenting adalah Allah ridho kepada dirinya.[ind]