BAGAIMANA ya agar anak itu segera bergegas saat kita perintah, misalnya untuk sholat?
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha menjawab pertanyaan ini sebagai berikut.
Baik Bun, misalnya saya contohkan seperti ini, anak bermain gadget saat adzan tiba, lalu bunda sebel, dan jengkel melihat anak masih saja main gadget tidak berhenti padahal sudah adzan lalu bunda berkata:
“Main terus, main terus, main terus” dengan nada sewot tentunya.
Maka jangan heran kalau anak ini, terus saja main gadgetnya.
Gimana tidak main terus, lha Bundanya sih yang nyuruh.
Contoh yang lain. “Kamu ini kalau disuruh sholat susah banget”.
Jangan heran juga kalau anak benar-benar susah banget diajak sholat.
Gimana tidak susah, bundanya sendiri yang berkata dengan mantap lagi kepada anak seolah-olah berkata seperti ini “kalau diajak sholat, susah aja ya”.
Coba kita mengganti bahasanya misalnya saat waktu sholat, kita menghampiri anak lalu duduk/jongkok di depannya dan berkata sambil tersenyum “sholat yuk kak”.
Baca juga: Tujuan Ilmu Parenting dalam Islam
Cara Agar Anak Bergegas saat Diperintah untuk Sholat
Usahakan saat mengajak anak sholat Ayah sudah siap dengan sarungnya dan Bunda sudah siap dengan mukenanya maka anak akan segera bergegas menyiapkan diri untuk sholat karena melihat Ayah Bundanya sudah siap.
Kesalahan yang kedua nih. Seringkali bundanya menyuruh anaknya sholat, “Budi, ayo sholat”.
Budi pun segera beranjak tetapi saat melihat Bundanya asyik dengan gadgetnya maka Budi akan kembali duduk dan bermain kembali dengan gadgetnya.
Kenapa? Karena Budi lebih mematuhi perintah, apa yang ia lihat dari mata daripada perintah yang ia dengar dari telinga.
Perintah dari telinga, Budi diminta sholat tetapi mata berkata, “ah nanti aja, Bunda aja masih sibuk dengan HP-nya”.
Jadi saat orang tua memerintah anak, selaraskan dulu antara ucapan dan sikap.
Jika antara ucapan dan sikap selaras maka anak akan cenderung lebih patuh.
Bunda, kelemahan wanita itu kadang mengucapkan sesuatu yang sebenarnya tidak ia inginkan.
Misalnya, saat ia tidak menyukai suaminya mancing, apa yang diucapkan “mancing terus”.
Kata mancing terus itu adalah kata yang tidak diinginkan tetapi seringkali malah yang diucapkan.
Kepada anak misalnya anak males belajar lalu Bunda jengkel dan berkata, “kamu kalau belajar, males terus”.
Kata males terus ini adalah kata yang tidak Bunda inginkan.
Bunda menginginkan sebaliknya yaitu anaknya menjadi anak yang rajin.
Apa yang terjadi, anak akan benar-benar malas belajar.
Semakin sering diucapkan bukan semakin berubah tetapi malah semakin malas.
Kenapa seperti itu, karena anak meyakini apa yang orang tua katakan.
Anak akan merasa, “Oiya saya anak yang malas kok”. Siapa yang ngomong? “Tuh Bunda”. Jegler.
Coba deh diubah kata-katanya misalnya, “Ayo kak yang rajin belajarnya ya, Bunda temenin”.
Terus saja anak mendengar kata “yang rajin belajarnya, yang rajin belajarnya” maka insha Allah anak akan lebih rajin belajar karena ia meyakini apa yang Bunda sering katakan kepadanya.
Jadi untuk para ibu, jika berbicara kepada anak ataupun juga kepada suami sampaikan yang kita mau bukan menyampaikan yang tidak kita sukai.
Saat Bunda, melihat sesuatu yang tidak nyaman, menjengkelkan, menyebalkan maka biasakan untuk tidak langsung bicara tetapi tahan sejenak, atur nafas lalu berpikir apa yang aku inginkan, setelah ketemu baru disampaikan.
Teknik ini perlu pembiasaan. Jika Bunda mengatakan secara spontan maka biasanya yang keluar adalah kata-kata yang Bunda tidak inginkan.[ind]