TIGA pemuda Palestina ditembak di dekat sebuah universitas di Vermont, Amerika Serikat, saat sedang mengenakan Keffiyeh dan berbicara menggunakan bahasa Arab.
Menurut laporan dari Al Jazeera, insiden tersebut pada Sabtu malam di dekat kampus Universitas Vermont di kota Burlington.
“Menurut informasi yang diberikan, ketiga korban mengenakan keffiyeh dan berbicara bahasa Arab. Seorang pria berteriak dan melecehkan para korban, lalu menembak mereka,” kata Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC) dalam sebuah pernyataan.
Ketiganya diidentifikasi sebagai Hisham Awartani, Kinnan Abdel Hamid dan Tahseen Ahmed. Mereka belajar di tiga universitas berbeda di Amerika.
Baca Juga: KITA Palestina Dorong Masyarakat Indonesia Salurkan Bantuan
3 Pemuda Palestina di Amerika Serikat Ditembak Saat Gunakan Keffiyeh dan Berbicara Bahasa Arab
Menurut ADC, dua korban berada dalam perawatan intensif sementara satu orang dibebaskan pada hari Minggu.
“(Kami) sangat tertekan dengan insiden baru-baru ini yang melibatkan tiga lulusan kami,” kata Ramallah Friends School di Tepi Barat yang diduduki, tempat ketiganya belajar, dalam sebuah pernyataan di Facebook.
“Meskipun kami lega mengetahui mereka masih hidup, kami tetap tidak yakin dengan kondisi mereka. Kami menyampaikan rasa duka dan doa kami kepada mereka dan keluarga mereka agar mereka bisa pulih sepenuhnya, terutama mengingat parahnya cedera mereka karena Hisham tertembak di punggung, Tahseen di dada, dan Kinnan terluka ringan.”
Motif di balik serangan itu belum diketahui. Saat dihubungi Al Jazeera, polisi Burlington tidak segera menanggapi permintaan informasi lebih lanjut.
ADC mengatakan pihaknya telah dihubungi mengenai penembakan tersebut pada hari Minggu pagi, dan bahwa mereka memiliki alasan untuk percaya bahwa penembakan tersebut dimotivasi oleh ketiga korban yang merupakan orang Arab.
“Mengingat informasi yang dikumpulkan dan diberikan, jelas bahwa kebencian merupakan faktor pendorong penembakan ini,” kata Direktur ADC Abed Ayoub.
“Kami meminta penegak hukum untuk menyelidikinya. Peningkatan sentimen anti-Arab dan anti-Palestina yang kita alami belum pernah terjadi sebelumnya, dan ini adalah contoh lain dari kebencian yang berubah menjadi kekerasan.”
Keluarga dari tiga siswa telah mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut, “termasuk memperlakukan ini sebagai kejahatan rasial”.
“Kami tidak akan merasa nyaman sampai penembaknya diadili,” kata keluarga tersebut dalam pernyataan bersama.
“Kita perlu memastikan bahwa anak-anak kita terlindungi, dan kejahatan keji ini tidak terulang kembali. Tidak ada keluarga yang harus menanggung rasa sakit dan penderitaan ini.”
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-Palestina di AS, dimana politisi Partai Republik dan Demokrat mendukung perang Israel di Gaza meskipun jumlah korban tewas warga Palestina meningkat dan tuduhan kejahatan perang semakin meningkat.
Serangan darat dan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung sejauh ini telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina, dan menyebabkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza hancur.
[Ln]