APIKMEN menjadi brand produk fesyen anak negeri yang didesain menggunakan minimal dua kombinasi kain tradisional, yaitu batik dan lurik. Desain dibuat modern namun tetap ada unsur tradisional dengan perpaduan warna menarik. Sehingga tampilan produk menjadi sangat dikagumi oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Agus Tri Santoso sebagai founder dan sosok di balik perusahaan bernama Apikmen. Awal mula terciptanya Apikmen ini dari kecintaan Agus yang sering menggunakan batik. Lalu di tahun 2011, Agus bersama istirnya, Elva, berencana menjalani bisnis batik dengan serius yang dinamai dengan Apikmen.
Baca juga: JMFW 2024, Mendag Zulkifli Hasan Harapkan Indonesia Menjadi Pusat Modest Fashion Dunia
Apikmen memiliki strategi menggaet para konsumen untuk membeli produk di gerai. Salah satu gerai Apikmen berada di Stasiun MRT Fatmawati. Strategi lain dalam menggaet konsumen yakni memanfaatkan media sosial instagram @apikmenbyats dan beberapa marketplace lain.
Pada Jakarta Muslim Fashion Week atau JMFW 2024 yang diselenggarakan pada 19-21 Oktober 2023 di ICE BSD, Tangerang, Apikmen akan manampilkan fashion dengan konsep motif tikar Lombok yang bertema Jalin. Elva menyatakan ada tiga hal yang menginspirasi dalam membuat koleksi Apikmen ini.
“Pertama itu kami terkagum-kagum dengan tikarnya Lombok. Motifnya banyak. Mulai dari sederhana sampai yang rumit itu kami tuangkan ke dalam motif-motif batik yang akan kami gunakan,” ujar Elva.
“Hal yang kedua, kegelisahan kami akan limbah produksi jahit dari brand kami sendiri. Nah, itu mempertemukan kami kepada komunitas di Bogor. Namanya kampung merchant,” lanjut Elva.
“Dan inspirasi yang ketiga, khusus untuk JMFW 2024, kami seluruhnya menggunakan pewarnaan alam. Kami bertemu dengan artisan kain dari gunung Andong yang semuanya menggunakan tanaman indigo,” tutup Elva di acara Kick Off JMFW 2024, Kamis (12/10/23).
Proses pembuatan desain fashion Apikmen yang akan ditampilkan pada JMFW 2024 juga mengalami hambatan di bahan materialnya. Sebab, semua proses dibuat secara handmade. Termasuk juga batik cap dan pewarnaan dengan pewarna alam yang tentu memberi hasil berbeda dari pewarna sintetis.
“Kalau hambatan mungkin ke material ya. Jadi kan konsep kita prosesnya handmade. Batik capnya pun handmade, terus pewarnaannya kita pewarnaan alam dan tentu akan beda hasilnnya dengan pewarnaan sintetis,” jelas Elva.
Kemudian, Elva berharap JMFW 2024 semakin bisa memberi highlight bagi masyarakat Indonesia dan luar negeri. Sehingga pakaian muslim Indonesia tidak hanya bisa dipakai oleh umat Islam saja, tetapi juga bisa dipakai oleh non muslim. Terakhir, Jakarta Muslim Fashion Week 2024 mampu lebih banyak menampilkan modest fashion terkini. [Rsm/Wnd]