ORANG tua dan anak-anak memiliki ikatan yang abadi. Tidak ada bekas dan selalu terhubung hingga di akhirat.
Sebuah pertanyaan sederhana kadang menyelinap tentang orang tua dan anak. Mana yang lebih beruntung, memiliki orang tua yang soleh atau anak yang soleh?
Jawaban sederhananya akan mengatakan, ya dua-duanya sama-sama beruntung. Lalu di mana perbedaannya?
Kalau orang tua punya anak yang soleh, meskipun ia kurang soleh, anak-anaknya akan memohonkan doa untuk pengampunan dosa orang tuanya. Di saat orang tuanya masih hidup atau pun sudah wafat.
Selain itu, anak yang soleh akan memberikan maslahat pahala untuk orang tuanya, apa pun kebaikan yang ia lakukan.
Seperti orang yang memberikan makanan atau minuman kepada orang yang berpuasa. Maka dia memperoleh pahala dari pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala yang berpuasa.
Begitu pun dengan anak yang soleh. Pahala dari kebaikan amalnya akan terus mengalir kepada orang tuanya. Kenapa? Karena modal si anak bisa dibilang hampir seratus persen diperoleh dari orang tuanya.
Orang tuanyalah yang mendidiknya, atau membiayainya untuk meraih ilmu agama, atau memfasilitasinya untuk bisa menjadi orang yang soleh.
Betapa beruntungnya orang tua yang seperti itu. Karena seberapa pun besarnya pahala yang diraih oleh anaknya yang soleh, maka tidak akan lebih besar dari pahalanya sendiri. Ia meraih pahala amalnya sendiri plus pahala semua amal yang diraih anak-anaknya.
Bagaimana jika punya orang tua yang soleh? Seperti apa maslahat yang diraih anak-anaknya di akhirat nanti?
Para orang tua yang soleh Allah janjikan akan dipertemukan dengan anak cucu mereka di surga. Seberapa pun besarnya amal dari anak cucu mereka.
Jadi, ketika anak cucu orang tua yang soleh ini jauh di bawah kesolehan orang tua mereka, posisi mereka di surga ditempatkan sama dengan orang tua mereka. Pahala minim mereka terdongkrak oleh kesolehan orang tua mereka.
Betapa beruntungnya anak cucu yang memiliki orang tua yang soleh. Dengan kesolehan orang tua mereka, mereka bisa sederajat dengan orang tua mereka di surga.
Tentang ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dengan keimanannya, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga). Dan, Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (pahala) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Tur: 21)
Tentang akhir ayat di atas: setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam Kitab Ruhnya menjelaskan bahwa anak yang soleh juga akan mengangkat derajat orang tuanya agar bisa bersama anak-anak mereka di surga.
Hal ini karena andil orang tua terhadap kesolehan anak-anak mereka. Memang yang soleh anak-anaknya, tapi siapa yang melahirkan dan membesarkan mereka, siapa yang membiayai mereka, siapa yang memfasilitasi mereka?
Andil orang tua itulah yang mengikatkan mereka dengan maslahat yang diperoleh dari kesolehan anak-anak mereka.
Jadi, dengan kata lain, sama beruntungnya punya orang tua yang soleh atau punya anak yang soleh. Dan jauh lebih beruntung lagi jika orang tua dan anak sama-sama soleh. Mereka akan saling mendongkrak derajat mereka di surga nanti. [Mh]