MITOS itu ada yang positif, ada juga yang negatif. Tidak jarang, mitos bisa ‘bertabrakan’ dengan ajaran Islam.
Mitos tersebar dari generasi ke generasi, dari daerah ke daerah. Turun-temurun, mitos dipahami sebagai sebuah petuah dari orang tua untuk kebaikan anak-anaknya.
Namun, tidak jarang, sejumlah mitos bisa ‘bertabrakan’ dengan ajaran Islam. Jika hal ini yang terjadi, maka mitos harus dikalahkan karena memang tidak memiliki sandaran argumentasi yang kuat.
Mitos-mitos yang ‘Bertabrakan’ dengan Ajaran Islam
Mitos-mitos yang ‘bertabrakan’ dengan ajaran Islam biasanya melampaui hal-hal yang di luar kemampuan manusia. Seperti, tentang rezeki, bala atau musibah, dan keyakinan yang tidak memiliki dasar.
Contoh, ada mitos yang mengatakan, “Ibu Hamil Wajib Membawa Gunting.”
Kenapa gunting? Karena gunting bisa mencegah ibu hamil dari gangguan makhluk halus atau setan yang mengancam janinnya.
Tapi, jawaban ini tidak memiliki sandaran argumentasi yang kuat. Hanya imajinasi atau karangan orang-orang tua saja. Karena sulit menghubungkan gunting dengan setan atau makhluk halus.
Terlebih lagi jika melibatkan ‘orang pintar’ atau dukun. Sang dukun memberikan gunting khusus yang menjadi pelindung dari gangguan setan.
Ketika hal ini dipercaya, maka gunting khusus itu selalu berada di dekat ibu hamil. Ibu hamil begitu percaya dan yakin bahwa gunting khususlah yang melindunginya dari gangguan setan.
Ketika gunting itu hilang atau tidak ada di tempat yang biasa diletakkan, sang ibu merasa kalau dirinya akan diganggu setan.
Hal inilah yang akhirnya ‘bertabrakan’ dengan ajaran Islam. Bahwa, setiap muslim harus meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk. Bukan minta perlindungan kepada gunting.
Contoh mitos berikutnya adalah, “Jangan Menikahkan Anak di Tahun yang Sama. Karena Bisa Menyebabkan Salah Satunya ‘Kalah’ atau Meninggal Dunia.”
Mitos ini menjadikan para orang tua tidak mau menikahkan dua anaknya di tahun yang sama. Padahal, bisa jadi, jodoh keduanya datang di tahun yang sama.
Kalau ditanya argumentasinya apa? Tentu tidak ada. Hal ini hanya keyakinan dalam mitos dari generasi ke generasi.
Masalahnya, kasihan anak yang kedua. Karena dia dan pasangannya harus mengalah untuk menunda tahun pernikahan.
Ketika tentang ajal ini diyakini sebagai kebenaran, maka hal itu bisa bertabrakan dengan ajaran Islam. Karena ajal datang bukan karena tahun pernikahan yang sama, tapi karena memang sudah Allah tentukan.
Masih banyak mitos lain yang maknanya bisa bertabrakan dengan ajaran Islam. Karena itu, perlu memahami lebih dalam tentang ajaran Islam.
Tentang rezeki, baik buruk nasib, ajal atau kematian, dan keberuntungan; sama sekali bukan karena sesuatu benda atau hewan yang melakukan sesuatu. Melainkan, semata-mata karena takdir Allah subhanahu wata’ala.
Ketika hal itu terjadi, maka seorang mukmin diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengucapkan, “Qadarullah!” Sudah Allah takdirkan, dan apa pun yang Allah kehendaki, maka terjadilah. [Mh]