ChanelMuslim.com- Dunia jurnalistik dihebohkan dengan sosok seorang ibu yang begitu produktif dan tajam dalam kupasan pisau nuraninya tentang Indonesia. Beliau adalah Iramawati Oemar.
Pernah terpilih sebagai penulis Kompasiana terpopuler beberapa tahun lalu.
Meski ada pro kontra tentang karya tulisannya, tapi hasil potretan tulisan ibu berdomiisli di Cilegon Banten ini begitu menyentak para pegiat dan pemerhati jurnalistik. Boleh jadi, Indonesia patut bangga dengan produktivitas karya Iramawati yang seperti tak terbendung menyuarakan hati nurani rakyat Indonesia.
Berikut ini adalah puisi yang beliau tulis sebagai muhasabah akhir tahun 2017. Tajam. Berani. Dan, konsisten.
Puisi Akhir Tahun
by Iramawati Oemar
KALEIDOSKOP 2017
•••••••
Ada kereta kencana tanpa raja.
Ada raja tanpa wibawa.
Karena hanya singgasana saja yang dia punya.
Singgasana tanpa kuasa.
Kuasa ada di tangan patih serba bisa.
Menjalankan titah penyandang dana.
Ada wibawa di lisan ulama.
Yang diikuti karena keteguhan imannya.
Tak pernah terbeli harga dirinya.
Meski ditekan dan dinista.
Dengan berbagai fitnah dan dusta.
Namun ummat tetap percaya.
Ada pejuang anti rasuah yang dianiaya.
Secangkir air keras menyiram matanya.
Sebelah mata pun menjadi buta.
Hampir sembilan bulan lamanya,
Pelakunya tak juga jadi tersangka.
Ada pakar IT dibacok di pagi buta.
Hampir melayang nyawa dari raganya.
Sang pembacok diajak makan bersama.
Tangan hanya diikat borgol plastik sekenanya.
Sekarang entah kemana mereka semua.
Tak terdengar lagi kabar berita.
Tersangka tak pernah duduk di kursi terdakwa.
Mungkin kini mereka tertawa-tawa.
Ada yang katanya dipenjara.
Tak pernah keluarga menjenguknya.
Tak ada tahanan yang pernah melihatnya.
Semua yang mengaku menjenguk tak pernah ada fotonya.
Mungkin dia punya sel istimewa.
Yang tak terlihat kasat mata.
Ada dua tiga ulama,
Selalu dihalangi ceramahnya.
Para muallaf Pancasila,
Yang merasa kelompoknya paling ber-bhinneka,
Berteriak toleransi sambil bawa senjata.
Tafsir Pancasila ada di tangan mereka.
Ritual nya hanya cium bendera,
Sambil berteriak "Saya Pancasila!"
"Saya Indonesia!"
Padahal saudaranya tertimpa bencana,
Mereka tak hendak hadir kesana.
Medan berat jadi kendala.
Teriakan "Saya Indonesia" cukup lewat media sosial saja.
***
WELKAM TAHUN POLITIK 2018
Semula saya kira,
Kereta kencana menjelma jadi bajay sederhana,
Baru akan terjadi di tahun 2019 nantinya.
Demi slogan "SEDERHANA"
Tapi ternyata saya salah duga.
Tetiba muncullah sandal jepit.
Sederhana berubah wujud dalam sepasang sandal jepit.
Ditengah rakyat yang kian menjerit,
Karena tarip listrik yang terus melangit.
Dan ibu-ibu yang semakin terjepit,
Antri gas elpiji berhimpit-himpit.
2018 tahun politik kawan,
Maka kau jangan heran.
Sebentar lagi akan ada orang bersurban.
Keluar masuk pondok pesantren.
Pada kyai dan ulama dia akan cium tangan.
Seolah lupa telah berapa banyak pengajian dibubarkan,
Sudah berapa ulama dikriminalkan,
Namun tak ada suara tanda keprihatinan.
Kita akan masuk tahun politik, kawan.
Kalau ada yang kembali berjilbab, kamu jangan heran.
Penduduk Muslim memang menggiurkan.
Suara mereka sayang untuk diabaikan.
Lumayan banyak untuk meraih kemenangan.
2018 tahun politik, sahabat.
Pengaruhnya akan sangat dahsyat.
Tiba-tiba akan ramai foto para pejabat,
Yang sedang khusyuk sholat,
Sementara kameramannya sibuk jeprat-jepret.
Meski hanya 3-4 gelintir jamaahnya.
Walaupun tak rapat shafnya.
Yang penting terlihat ibadahnya.
Meski mungkin kesehariannya,
Sholat Subuh mereka alpa,
Tak berjamaah di masjid dekat rumahnya.
Meski sesungguhnya itu yang utama.
Allah perintahkan kepada hambaNya,
Laki-laki yang dihatinya ada taqwa.
Meski tak ada crew yang meliputnya.
Cukuplah malaikat yang mencatatnya.
Ini tahun politik, kawan!
Tak peduli kau makan di restoran dengan bill belasan juta,
Yang penting kau ajak juru warta,
Ketika kau minum kopi di warung kaki lima.
Tak jadi masalah kau sewa yacht harga berjuta-juta.
Yang penting sandal jepitmu belasan ribu saja.
Sudah siap para penulis handal yang luar biasa
Mereka akan giring pikiranmu ke kaki saja.
Ya, cukup sampai di kaki saja.
Tak usah naik hingga ke hati dan isi kepala.
Selamat datang tahun politik.
Mungkin akan makin penuh intrik.
Ustad gadungan akan makin dilirik.
Yang mempersetankan hadist Nabi akan jadi panutan.
Yang berani menantang firman Tuhan akan jadi jagoan.
Ustadz yang istiqomah akan makin disisihkan.
Ceramahnya akan terus dihadang berbagai alasan.
Yang menyuarakan kebenaran mungkin akan dipenjarakan.
Tapi percayalah kawan,
Kebenaran akan mencari jalan,
Mungkin hanya bisa sedikit diredam,
Atau diupayakan untuk dibungkam,
Dengan cara dikriminalikan.
Tapi semangatnya tak akan pernah padam.
Karena kebenaran akan mencari jalannya sendiri.
Sesuai kehendak Illahi Robbi.
Maka istiqomahlah meski engkau sendiri.
Lihatlah ulama kita dipersekusi.
Tapi mereka tak surut nyali.
Marilah kita saling kuatkan diri.
Dalam jalan panjang yang penuh onak duri.
Yakinlah, tak ada perjuangan yang tak berarti.
=IO=
(mh/ind)