KISAH Hasan bin Tsabit, seorang penyair dengan bayaran paling mahal pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini masyhur diceritakan.
Pada era medsos sekarang, apabila ada orang hendak menjatuhkan nama baik seorang tokoh atau publik figur, maka orang itu akan melancarkan sindiran dan hujatan di medsos,
kemudian orang lain yang sama membenci sang tokoh akan meramaikan dengan komentar-komentar mereka.
Sebenarnya, perilaku tersebut adalah kebiasaan masa jahiliyah.
Jika hendak menjatuhkan seseorang, maka mereka akan mengarang syair hujatan di depan umum sehingga orang-orang yang sedang berkumpul akan menyoraki dan menertawakan.
Dengan demikian, orang yang dihujat itu akan merasa dipermalukan.
Cukup mirip dengan perbuatan para haters di medsos bukan? Bedanya, karena masa jahiliyah adalah era berkembangnya sastra Arab, maka sindiran yang dilancarkan umumnya berupa syair.
Rasulullah sendiri tak lepas dari ancaman tersebut.
Suatu hari, tokoh-tokoh musyrik di Mekkah memanggil penyair yang paling tajam kata-katanya, Hasan bin Tsabit, dan memberikan bayaran yang paling mahal, demi sang penyair bisa menghujat Rasulullah di depan umum.
Pada hari yang ditentukan, Hasan sudah menunggu di tepi jalan yang biasa dilewati Rasul.
Orang-orang musyrik sudah berkumpul di sekelilingnya bersiap memberikan sorak sorai apabila nanti Hasan mengarang syair-syair yang menyindir Rasulullah.
Mereka yakin, siang itu Rasul akan berhasil dipermalukan.
Baca Juga: Kisah Shalat Subuh di Turki yang Lebih Siang dari di Indonesia
Kisah Hasan bin Tsabit Dibayar Mahal untuk Menjelekkan Rasulullah, Tapi ini yang Terjadi
Detik-detik yang ditunggu akhirnya tiba. Rasulullah pun berjalan melewati jalan tersebut.
Untuk pertama kalinya, Hasan melihat sosok sang Rasul.
Ia sudah bersiap memperhatikan dengan seksama adakah kekurangan pada diri lelaki mulia tersebut. Mungkin postur tubuhnya, atau paras wajahnya, atau caranya berjalan, atau apapun yang sekiranya bisa dihujat.
Namun sampai Rasulullah sudah berlalu jauh, Hasan tak kunjung melancarkan syair. Ia hanya terbelalak dan terpana melihat Rasulullah.
Orang-orang musyrik sudah menunggu-nunggu mana syair yang biasanya tajam meluncur dari lisan Hasan. Tapi sia-sia saja, karena Hasan sama sekali tak menemukan kekurangan pada diri Rasulullah.
Akhirnya, Hasan memutuskan untuk mengembalikan seluruh bayaran yang ia terima,
“Maaf saya tak bisa melihat satupun kekurangan pada orang yang bernama Muhammad itu. Sebaliknya, yang saya lihat dirinya memancarkan kesempurnaan, seolah-olah matahari ada di wajahnya!“
Tak disangka, konspirasi mereka berbalik 180 derajat. Kini, justru mereka yang merasa malu karena rencananya gagal. Bahkan Hasan bin Tsabit justru mengarang syair yang sangat indah memuji sang Rasul,
وَأَحْسَنُ مِنْكَ لَمْ تَرَ قَطُّ عَيْنِى
وَأَجْمَلُ مِنكَ لَمْ تَلِدِ النِّسَآءُ
خُلِقْتَ مُبَرَّأً مِنْ كُلِّ عَيْبٍ
كَأَنَّكَ قَدْ خُلِقْتَ كَمَا تَشَآءُ
Belum pernah mataku melihat manusia setampan dirimu. Ku yakin tak ada perempuan yang melahirkan manusia seelok rupamu.
Kau diciptakan bersih dari segala noda, seakan-akan engkau memesan sendiri dirimu ingin lahir dengan rupa yang bagaimana.
Kemudian Hasan bin Tsabit masuk Islam dan menjadi salah satu sahabat yang membantu perjuangan Rasulullah melalui syair.
Demikianlah bukti bahwa Rasulullah adalah manusia yang diciptakan oleh Allah dengan segala keutamaan, baik secara penampilannya maupun akhlaknya.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh