APAKAH ada istilah buang sial dalam Islam? Karena setiap hari ekonomi semakin sulit dan utang terus bertambah. Setiap planning yang sudah direncanakan dengan baik selalu gagal.
Kalau ada cara sesuai syariat Islam tentang buang sial, mohon penjelasannya.
Ustaz Abdullah Haidir, Lc. menjelaskan bahwa dalam Islam, baik atau tidak, tidak dikaitkan pada benda, tempat, individu atau waktu tertentu.
Maksudnya, tidak ada sesuatu yang Allah ciptakan yang dari segi zatnya membawa kesialan.
Hal tersebut dalam Islam dinamakan thiyarah, yaitu meyakini bahwa sesuatu membawa kesialan.
Hal ini pernah permintaan penduduk Anthoqiya yang menolak dakwah utusan Nabi Isa untuk beriman, lalu mereka mendakwa utusan tersebut membawa kesialan, Allah kisahkan dalam surat Yasin;
Mereka menjawab,
“Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.” (QS.Yasin: 18)
Thiyarah atau tathayyur yang dilarang dalam Islam berdasarkan hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam;
“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (H.R. Tirmizi, no. 1614)
Baca juga: Tentang Mengungkap Trik Dukun
Buang Sial dalam Islam
Terkait dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit dan proyek yang selalu gagal, dapat dilihat dari dua sisi;
1. Takdir Allah taala yang apabila Allah berkehendak, tidak ada sedikit pun yang menolaknya, betapapun upaya dan ikhtiar seseorang.
2. Perkara sebab akibat yang dapat dinilai secara logika.
Biasanya setiap usaha duniawi dapat ditelusuri dan dipelajari mengapa mengalami kegagalan atau kesuksesan.
Adapun istilah ‘membuang sial’ jika yang dimaksud adalah ritual khusus yang kadang di dalamnya mengandung penyimpangan, maka hal tersebut tidak ada ajarannya dalam Islam.
Adapun jika yang dimaksud adalah kiat dan kiat yang dapat dilakukan untuk menghindari kegagalan dan keburukan dalam setiap usaha, hal tersebut dibenarkan sepanjang waktu tidak bertentangan dengan syariat Islam, di antaranya sebagai berikut.
1. Memperkuat keimanan, tawakkal dan ketakwaan.
Sebab Allah berjanji akan memberikan solusi dan rizki bagi mereka yang bertakwa (QS. At-Thalaq: 2-3).
Termasuk di dalamnya muhasabah (introspeksi) kalau-kalau ada kemaksiatan yang masih banyak dilakukan.
Sebab kemaksiatan adalah salah satu sebab tertutupnya pintu rezeki.
2. Berusaha secara objektif dan ilmiah, baik dengan upaya sendiri atau meminta masukan berbagai pihak terkait sebab-sebab yang dapat membuat sebuah usaha menjadi sukses atau gagal dari berbagai aspeknya.
Lalu dari sana dibuat program dan segala antisipasinya.
3. Membangun mental usaha yang kuat, tidak mudah putus usaha, selalu optimis dan terus belajar dari pengalaman yang ada.
4. Bentengi diri dengan banyak berzikir dan berdoa.
Ada zikir pagi sore yang sangat bagus sebagai perisai dan pelindung diri dari berbagai keburukan dan kejahatan.
Banyak doa yang juga dapat kita baca untuk mendapatkan keberuntungan dan keberhasilan usaha.
Bisa dicari dari berbagai sumber atau tanya kepada orang yang dipercaya ilmu dan agamanya. Wallahu a’lam.
Semoga Allah memudahkan dan membimbing setiap langkah serta ikhtiar kita.[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center