BANYAK anak di dunia yang mempunyai mimpi ingin menjadi seperti Ronaldo, tapi berbeda dengan anak-anak di Arab, impian tertinggi mereka adalah menjadi Imam Haramain.
Dalam tulisan berjudul Mimpi Ronaldo dan Imam Haramain, Uttiek M. Panji Astuti mengulas mengenai kedatangan Ronaldo ke Arab Saudi dan mimpi anak-anak Arab.
Pesepak bola top dunia, Cristiano Ronaldo, tiba di Bandara Internasional King Khaled Riyadh, Arab Saudi, dari Kota Madrid, Spanyol, pada Senin (2/1) malam.
Pemain internasional Portugal itu tiba bersama keluarganya sekitar pukul 23.00 malam waktu Arab Saudi.
Dilansir Arabnews, kedatangan Ronaldo disambut hangat oleh klub Al-Nassr dengan menggelar upacara penyambutan khusus selama dua jam di Marsool Park yang disiarkan tv nasional.
Pada kesempatan itu Ronaldo bicara dengan media dan penggemarnya.
Seketika jersey Al-Nassr bernomer punggung 7 laris manis diserbu penggemar. Tua, muda, anak-anak terlihat mengantre di store resminya.
Perputaran uang dari penjualan jersey ini tak main-main, di klub sebelumnya Ronaldo pernah mencetak rekor.
Dalam sepekan penjualan jersey-nya mencapai angka 187,1 juta poundsterling (setara Rp3,68 triliun). Angka tersebut hampir dua kali lipat total penjualan jersey Lionel Messi.
Sebagian anak-anak yang antre membeli jersey dan diwawancara mengemukakan kekagumannya pada Ronaldo dan punya mimpi menjadi pemain sepakbola dunia.
Sekilas semua terlihat wajar saja. Hampir semua anak laki-laki di berbagai belahan dunia kalau ditanya juga ingin menjadi pemain sepak bola dunia, minimal mengidolakan mereka.
Tapi menjadi tidak biasa, kalau mereka ini adalah anak-anak yang lahir dan besar di tanah Haram.
Sebuah survei yang dirilis beberapa tahun lalu menyebutkan tentang kebanggaan orangtua di Saudi bila anaknya terpilih menjadi imam masjid.
Profesi imam masjid dianggap lebih “terpandang” dalam kehidupan sosial masyarakat ketimbang profesi lainnya. Seperti dokter, arsitek, bahkan pejabat publik.
Tak heran kalau setiap keluarga akan mengusahakan setidaknya ada satu anggota keluarganya yang bisa menjadi imam.
Apalagi kalau berhasil menjadi imam di dua masjid suci, yang secara regulasi saat ini memang hanya bisa disandang oleh warga negara Saudi.
Baca Juga: Ronaldo Tolak Jadi Duta Wisata Arab Saudi walau Dibayar Jutaan Dolar
Mimpi Ronaldo dan Imam Haramain
View this post on Instagram
Previllage seperti itu tidak berlaku sekian puluh tahun lalu. Sejarah mencatat, setidaknya ada tiga ulama asal nusantara yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram.
Ulama asal nusantara pertama yang menjadi imam Masjidil Haram adalah Syekh Junaid Al-Batawi. Ia menetap di Makkah sejak 1834 hingga akhir hayatnya.
Ulama Betawi yang lahir di Pekojan, Jakarta, ini menghabiskan sekitar 60 tahun sebagai guru besar yang mengajar ilmu agama di Makkah.
Berikutnya adalah Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.
Ulama asal Sumatra Barat ini menjadi guru dari ulama-ulama nusantara yang belajar di Tanah Suci, termasuk K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka).
Selain itu, ia juga diangkat sebagai mufti mazhab Syafi’i di Masjidil Haram.
Dan yang ketiga adalah Syekh Nawawi Al-Bantani, murid Syekh Junaid Al-Batawi.
Ulama kelahiran Banten yang menetap selama 30 tahun di Makkah ini melahirkan sekitar 115 kitab fenomenal dari berbagai bidang keilmuan, seperti fikih, tasawuf, tauhid, tafsir, dan hadis.
Bagi anak-anak, kehadiran tokoh yang menginspirasi sangat penting, karena ia belajar mempersonifikasi diri, seperti apa dirinya kelak di masa mendatang.
Kalau selama ini tokoh yang menginspirasi adalah para imam Haramain, maka yang ada dalam benak mereka adalah belajar sungguh-sungguh untuk menggantikan kedudukan mulia itu.
Namun, kalau sekarang posisi itu tergantikan oleh selebritis, pemain sepak bola, atau yang lainnya, maka bukan tak mungkin kelak menjadi imam Haramain tak ada lagi peminatnya.
Astaghfirullah.[ind]