BAGAIMANA cara mengingatkan orang tua yang tidak mau shalat atau ibadah lainnya? Bagaimana jika orangtua tidak mau beribadah sudah diingatkan tapi diabaikan?
Bagaimana cara kita mengingatkan karena setiap diingatkan malah ujungnya berdebat?
Ustazah Husna Hidayati, M.H.I. menjelaskan bahwa orang terdekat kepada kita dalam keluarga adalah orangtua, sehingga Allah mewajibkan kepada setiap anak untuk berbakti kepada orangtua.
Di antara bentuk bakti anak kepada orangtua adalah tidak membiarkan keduanya berada dalam kemaksiatan,
dan sudah semestinya, seorang anak mengajak dan membimbing keduanya untuk selalu berada di jalan yang benar dengan penuh hormat dan kasih sayang,
sehingga hal ini menjadi sebab turunnya ridha Allah kepada orangtua dan terjauhnya mereka dari kemurkaan
Allah ta’ala.
Baca Juga: Keshalihan Orangtua Syarat Keberhasilan Pendidikan Anak
8 Cara Mengingatkan Orang tua yang Tidak Mau Shalat
Al-Qur’an telah memberikan contoh amar makruf nahyi munkar-nya seorang anak kepada orangtua, dalam kisah Nabi Ibrahim alaihissalam dengan ayahnya yang menyembah berhala,
di dalam banyak ayat yang semuanya menunjukkan betapa lembut dan sopannya kata-kata Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada ayahnya.
Walaupun hasilnya nihil, bahkan beliau diusir oleh ayahnya namun itu semua tidak mengurangi rasa hormat beliau kepadanya.
Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya tentang seorang yang ibunya banyak melakukan kesalahan dalam shalat dan wudhu.
Beliau menjawab: Hendaknya ia membimbingnya dan mengajarinya. Lalu ia berkata, “Tapi ibunya tidak mau diajari, dan selalu berkata, kamu mau mengajari saya sedangkan saya lebih tua”.
Apakah Anda setuju jika ia meninggalkan ibunya atau memukulnya karena hal itu?
Beliau menjawab, “Tidak, tapi hendaknya ia mengajarinya…” Kemudian beliau memerintahkannya untuk mengajari ibunya dengan cara-cara lembut.
Prinsip-prinsip amar makruf nahyi munkar terhadap orangtua
1- Mengikuti Nabi Ibrahim
Di antara prinsip menasihati orang tua adalah sebagai mana yang dicontohkan Nabi Ibrahim ketika menasihati bapaknya dalam Al-Qur’an (QS. Maryam 41-48 dan Asy-Syu’araa’: 69-86).
2. Yang paling utama ialah gunakan bahasa yang halus dan sopan.
Tunjukkan bahwa kamu tulus dalam menasihati dan tidak menghakimi orangtua, sekalipun keduanya sesat.
Sebagai contoh, gunakan bahasa “saya mengkhawatirkan keselamatan ayah/ibu jika tidak segera bertaubat”, bukan “ayah/ibu pasti celaka jika tidak segera bertaubat”.
Iringi nasihat dengan doa agar kamu dan mereka berdua senantiasa diberi rahmat dan hidayah oleh Allah.
3. Alangkah baiknya jika nasihat lisan tersebut dibarengi dengan sikap dan akhlak yang mulia.
Pada umumnya seseorang lebih mudah tersentuh oleh sikap baik daripada sekadar kata-kata.
4. Berilah hadiah, perhatian, cukupi kebutuhan keduanya, bersikaplah kepada mereka berdua dengan penuh sopan santun dan kehangatan.
Insya Allah dengan sikap yang baik tersebut mereka berdua lebih mudah mengikuti ajakan kita.
5. Kita harus berbakti kepada mereka semampu kita
Dengan menghormati keduanya dan mentaati seluruh perintah keduanya selama bukan perbuatan maksiat, serta selalu berperilaku yang baik sehingga mereka ridho dan mudah untuk menerima nasihat dari kita
6. Carilah kondisi atau momen yang tepat
Sampaikanlah ketika orangtua sedang sendirian dan tidak di depan orang lain. Karena nasihat yang baik namun disampaikan pada kondisi yang tidak tepat akan menyebabkan keburukan yang lebih besar.
7. Menyampaikan nasihat kepada keduanya dengan kata-kata baik, lembut dan hormat
Menjauhi kata-kata yang berkesan mengajari, karena kata-kata tersebut akan menyebabkan penolakan.
8. Selalu berdoa kepada Allah ta’ala untuk kebaikan mereka agar mereka diberikan hidayah.
Karena seperti apapun usaha yang kita lakukan untuk mengajak orangtua, hidayah tetap milik Allah, dan DIA memberikannya kepada siapa yang Allah kehendaki. Wallaahu a’lam.[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center (SCC)