MEDIA sosial memudahkan banyak hal. Mulai dari mencari informasi, belajar, mencari jodoh, bahkan memilih idola. Sayangnya, medsos tidak menjamin sosok idola serba sempurna.
Akses media sosial menjadi sedemikian mudahnya. Cukup dengan smart ponsel biasa pun, aneka media sosial bisa dirambah.
Bagi anak-anak muda, kebutuhan bermedia sosial tidak serupa dengan para orang tua. Salah satunya tentang mencari sosok guru, panutan, inspirator, dan sebutan lainnya.
Bagi anak-anak muda, baik pria dan wanita, sosok-sosok menarik itu sangat diminati. Mereka bisa belajar banyak hal dari sosok-sosok itu.
Mulai dari wawasan, ilmu keagamaan, skill atau keterampilan, atau sekadar mengikuti sosok yang banyak diminati banyak orang. Mungkin bisa dilihat dari followernya yang sudah jutaan.
Namun begitu, tidak semua yang mudah itu selalu menyuguhkan hal yang sempurna. Dunia medsos memang sangat memudahkan. Tapi, kita hanya melihat tampilan sosok-sosok hebat itu hanya dari satu sisi. Yaitu, sisi depan mereka.
Kita memahami mereka hanya dari apa yang mereka perlihatkan. Mulai dari tayangan video, atau interaksi lain yang masih dalam dunia online.
Kita tidak pernah tahu dunia nyata mereka. Memang manusia tidak ada yang sepurna. Tapi setidaknya, cacatnya tidak terlalu banyak. Apalagi sampai fatal.
Begitu pun dengan pemikiran mereka. Mereka memang tampak cerdas, mumpuni, dan kreatif. Tapi, itu kan tak lepas dari olah kemasan yang sudah tertata canggih.
Tak ada salahnya ada batu uji apakah yang mereka gagaskan itu memang benar adanya. Mungkin melalui second opinion, perlunya diskusi dengan tokoh lain, dan sebagainya.
Pendek kata, jangan terlalu mudah menjatuhkan pilihan idola ke sosok tertentu melalui medsos. Karena kita belum tahu seberapa rapuh sosok yang kita anggap kuat dan mumpuni itu.
Bahasan fokus kali ini setidaknya bisa menambah cakrawala kita mencari batu uji apakah idola yang kita gandrungi itu memang pantas dianggap idola. [Mh]