PARA penggiat bank sampah ini kemudian memberikan pengalaman mereka dalam kegiatan webinar road to milad ke- 18 tahun, LAZ Al Azhar pada Jumat (04/11/2022).
Keberadaan sampah di Indonesia semakin meningkat dan tidak terkelola secara efisien. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan limbah plastik di Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun.
Begitu pula dengan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2).
Ini terjadi karena masih terbatasnya daya tampung tempat pembuangan sampah baik tempat Pemrosesan Akhir (TPA) maupun Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan minimnya standar dalam pengelolaan sampah yang sudah diterapkan.
LAZ Al Azhar Gelar Webinar Kelola Sampah Lewat Program Sampah Habis di Desa
Berangkat dari kekhawatiran tersebut, LAZ Al Azhar bersinergi dengan pemerintah desa, stakeholder, dan masyarakat desa dalam mendorong program green economy yakni Sampah Habis di Desa (Sabisa) melalui hadirnya bank sampah.
Bank sampah ini dibentuk sebagai komitmen mengurangi jumlah sampah dan mendukung program pemerintah untuk menanggulangi sampah yang bisa didaur ulang.
Acara webinar diisi oleh Ujang Hartono, selaku Kepala Desa Tanjungpura, Tasikmalaya, Fajar Riswanto, Koordinator Dasamas Cilacap, dan Soiman selaku Ketua KSM Desa Gemilang Dondong, Cilacap.
Kepala Desa Tanjungpura Ujang Hartono mengungkapkan hasil dari pengelolaan program Sabisa, sampah rumah tangga warga yang dikelola bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat.
Selain itu lingkungan menjadi lebih bersih, lokasi pertanian, perindustrian rumahan di desa semakin steril, juga keimanan masyarakat akan terjaga.
“Masyarakat di desa kami semakin pandai dalam memilah sampah dapur mereka. Karena sampah yang mereka miliki sekarang sudah bisa menghasilkan tabungan, dapat didaur ulang, juga menjadi pupuk organik untuk tanaman mereka,” ungkapnya.
Adapun skema penanggulangan sampah dari program Sabisa yaitu pemanfaatan sampah yang dibakar untuk bahan pembuatan batako, sampah basah atau organik dapat digunakan untuk bahan pupuk organik atau pupuk kompos padat dan cair.
Selanjutnya untuk bahan plastik didaur ulang menjadi ember, pot bunga, atau kerajinan tangan lainnya.
Di samping itu, menurut penuturan Soiman kegiatan bank sampah di Desa Dondong, Cilacap sendiri sudah berjalan secara rutin dan waktu penimbangan dilakukan di minggu terakhir setiap bulannya.
Baca juga LAZ Al Azhar Gelar Sharing Session ‘Bersama Membangun Keberdayaan Masyarakat Desa’
Perubahan perilaku masyarakat dalam membuang sampah semakin meningkat ke arah yang lebih positif. Jika biasanya masyarakat membuang sampah tida pada tempatnya, sekarang masyarakat desa mulai bijak dalam mengelola sampah.
Untuk saat ini terdapat 3 titik penimbangan dengan penerima manfaat yang ada di lebih 3 RT.
“Kader di sini benar-benar dilatih dan mendapatkan pendampingan secara konsisten. Untuk setiap sekali penimbangan bisa 5 kuintal terkumpul,” ungkapnya.
“Masyarakat mulai bisa memilah-milah sampah rumah tangga, sehingga sampah anorganik hasilnya bisa ditabung dan sampah organik bisa dipakai sebagai pupuk kompos,” tambahnya.