SEKOLAH Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir Sabtu (22/10/2022) menyelenggarakan wisuda yang ke-12. Ini pesan Ketum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
Di hadapan 91 wisudawan dan wisudawati, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Dr. Adian Husaini berpesan tentang jalan dakwah.
Menurutnya, kalau sudah memilih jalan dakwah, kalau sudah menamatkan diri di STID Mohammad Natsir maka sudah memilih jalan yang berbeda dari kebanyakan orang.
“Untuk kalian yang wisuda hari ini harus bangga, karena meneruskan perjuangan para ulama dan santri dalam merebut kemerdekaan. Secara kebetulan hari ini 22 Oktober adalah hari santri, ini berkaitan dengan keluarnya fatwa jihad dari Hasyim Asyari. Dengan intinya adalah mempertahankan kemerdekaan dan melawan penjajah, siapa yang meninggal karena berjuang adalah mati syahid, siapa yang berkhianat dihukum mati,” katanya.
Ia menambahkan jika hari santri dahulu adalah perjuangan melawan penjajah, melawan pesawat tempur, meriam senjata modern, maka berbeda dengan generasi hari ini.
Perintah jihad ini tidak pernah berhenti dan harus dilanjutkan oleh para wisudawan dan wisudawati yang ada di STID Mohammad Natsir.
Sebab, kata Dr. Adian, bahwa penjajahan di masa sekarang adalah pendidikan dan ini sama yang dilakukan oleh Snouck Hugronje waktu itu.
Yaitu, untuk melemahkan umat Islam adalah melepaskan umat dari agamanya dengan program sekulerisasi, liberalisasi yang bisa dicapai dengan pendidikan.
“Ini yang dilakukan oleh pendiri Dewan Dakwah, Mohammad Natsir. Ketika pemerintah membuka program transmigrasi dan dimanfaatkan oleh para misionaris untuk membuat sekolah dan berbagai program pendidikan untuk membuat umat Islam jauh dari agama,” katanya.
Baca Juga: Ketua Umum Dewan Dakwah Ingatkan Pentingnya Memahami Peta Peradaban
Pesan Ketum Dewan Da’wah kepada 91 Wisudawan STID Mohammad Natsir
Dr. Adian melanjutkan untuk itu para wisudawan dan wisudawati harus meneruskan perjuangan ini karena mereka adalah lulusan terbaik dari kampus terbaik.
“Mengapa kampus terbaik, karena mendidik orang menjadi manusia sebenarnya. Ini mendahului program kampus merdeka dari pemerintah.
“Jadi mereka yang lulus di sini serba bisa, dari menggunakan teknologi hingga bertani. Bahkan, dalam hal agama. Ini modal,” katanya.
Ia berpesan kepada para wisudawan dan wisudawati untuk jangan merasa merendah diri, berduka apalagi bersedih.
“Karena kalian adalah yang paling tinggi di antara yang lain. Kita pelanjut perjuangan Rasululah, para ulama. Jadi kalian bukan manusia biasa. Karena bukan manusia biasa maka jadilah da’i untuk perjuangan umat,” katanya.
Sebab, kata Dr. Adian, kebutuhan da’i sangat tinggi. Dari permintaan kepada Dewan Da’wah tiap tahun adalah 250 orang. Sedangkan di sini hanya 91 orang.
“Maka terkadang, di tiap wilayah, kami tidak bisa memenuhi sesuai permintaan. Selain itu, jangan takut setelah lulus dari sini tidak ada lowongan. Selama ada setan, maksiat marajelela, lowongan pekerjaan terbuka luas dan Alhandulillah tidak ada dai yang kelaparan,” katanya.[ind]