ISLAM itu agama yang bersih. Begitu pun dengan para penganutnya. Karena tidak masuk surga kecuali mereka yang bersih.
Kalau kita perhatikan di penginapan vila atau hotel yang menganut gaya interior Eropa pasti ada wastafelnya. Sebuah tempat untuk mencuci muka atau tangan yang dilengkapi cermin.
Kelengkapan interior ini hampir-hampir tidak ada di negara muslim seperti Indonesia atau Arab. Kenapa?
Memang menarik mencermati hal kecil ini. Dengan kelengkapan wastafel ini, logikanya orang Eropa lebih memperhatikan kebersihan daripada Indonesia atau Arab.
Tapi kenyataannya, sepertinya menjadi sebaliknya. Karena fungsi wastafel untuk umumnya orang Eropa bisa menggantikan kamar mandi.
Mereka tak perlu mandi, keramas, istinja, dan hal-hal yang ribet lainnya. Cukup mencuci tangan dan muka, plus sikat gigi, terus bisa langsung berangkat keluar rumah.
Kenapa tidak mandi? Suhu di Eropa umumnya dingin. Kalau mandi butuh perjuangan berat. Sementara kalau menggunakan pemanas air, lumayan boros listrik.
Jadi, jangankan bisa mandi dua kali sehari, sekali sehari saja nyaris tidak ada yang melakukannya.
Selain itu, hanya agama Islam yang mengajarkan mandi. Ada mandi junub, ada mandi kesehatan, ada mandi sunnah di Hari Jumat, dan lainnya.
Orang Romawi yang menjadi model umumnya warga Eropa dikabarkan sama sekali tidak mengenal apa yang disebut mandi. Mereka baru mengenal mandi setelah berinteraksi dengan warga muslim.
Belakangan, pakar-pakar kesehatan Barat baru menemukan faedah mandi sebelum fajar. Yaitu menstimulus kerja sel-sel darah putih untuk melakukan ‘pembersihan’ kotoran dalam tubuh.
Jadi, soal kebersihan dan kesehatan, Islam telah membimbing dunia melalui mandi. Bahkan lebih dari itu, selain mandi, umat Islam terbiasa bersuci lima kali sehari.
Area yang disucikan pun merupakan bagian yang rawan bersentuhan dengan kotoran. Mulai dari rongga mulut, rongga hidung, wajah, tangan, sebagian rambut, daun telinga, dan kaki bagian bawah.
Semua area yang menjadi objek pensucian ini bisa dibilang tanpa perdebatan secara logika. Siapa pun yang belajar kebersihan dan kesehatan diri akan setuju dengan hal ini.
Satu lagi yang tidak dikenal Eropa atau lainnya tentang kebersihan yang diajarkan Islam. Yaitu apa yang disebut dengan istinja.
Bahan utama pembersihnya air. Selama masih ada air, tak diperlukan unsur lain. Termasuk tisu, seperti yang selama ini ‘disosialisasikan’ budaya Barat.
Kenapa mereka memilihh tisu daripada air? Boleh jadi karena rasa dingin itu. Kecualil memang air tidak ditemukan atau seseorang yang sedang sakit.
Itu baru soal kebersihan fisik. Belum tentang kebersihan jiwa, hubungan seksual, penghasilan, makanan dan minuman, dan lainnya.
Bersyukurlah Allah memilih kita menjadi hambaNya yang muslim. Karena hanya Islam yang bisa mengantarkan manusia menjadi makhluk yang mulia. [Mh]