BUNDA atau Ayah mungkin masih sering membanding-bandingkan anak dengan temannya atau orang lain dengan harapan anak menjadi lebih baik atau semangat berkompetisi.
Seperti perkataan yang mungkin sering terlontar, “coba kamu lihat dia, rajin sekali belajar mangkannya bisa juara kelas. Kamu main game mulu sih.”
Sebagai orangtua mungkin tidak bermaksud menyakiti sang anak, tapi tanpa disadari pernyataan verbal semisal itu lebih banyak kerugiaanya daripada kebaikannya.
Tiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda atau berkembang dengan kecepatan yang berbeda.
Ada dua kemungkinan yang akan terjadi pada anak jika orangtua berbuat demikian yaitu membangun kepercayaan diri dan harga dirinya atau justru menghancurkannya.
1. Stres
Anak merasa terbebani jika terus-menerus dibandingkan. Tugas orangtua bukanlah untuk menekannya untuk tampil, karena pada gilirannya akan membuat mereka cemas.
Duduk dan bicaralah dengan anak kemudian tanyakan apakah ada sesuatu yang mengganggunya yang dapat memengaruhi prestasinya. Coba untuk merancang solusi bersama.
2. Menurunkan harga diri
Anak itu mulai percaya bahwa orang lain lebih baik darinya dan bahwa ia tidak mampu bekerja dengan baik atau memenuhi harapan Bunda atau Ayah.
Perasaan ini sangat merusak pertumbuhan kepribadian dan akademik anak.
3. Menghindar dari situasi sosial
Jika anak secara konsisten diejek dengan perbandingan, maka mereka akan mulai menghindari interaksi publik.
Baca Juga: Dampak Buruk Malas Berolahraga bagi Tubuh
7 Dampak Buruk Membanding-bandingkan Anak dengan Orang Lain
4. Membangun sikap santai
Jika bakat atau prestasi anak terus-menerus diabaikan, ia mungkin tidak akan lagi repot-repot menyenangkan orang tuanya karena Bunda atau Ayah jelas lebih menyukai anak lain yang memiliki prestasi yang lebih “baik”.
5. Menekan bakat
Misalnya, anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan melukis. Namun, orangtua lebih suka ia pergi untuk latihan bulu tangkis.
Anak akan menghadapi dilema. Jika bakat melukis tidak dihargai, dan ia setengah hati bermain bulu tangkis, mereka mungkin tidak mendapat nilai yang bagus.
Pada akhirnya, bakat melukis yang dimilikinya tidak akan memiliki ruang untuk berkembang dan akan hilang.
6. Membuat jarak dengan orangtuanya
Jika anak dihina secara negatif dan dibandingkan dengan saudara, teman atau tetangganya, ia akan berprasangka bahwa apapun yang ia capai tidak dapat diterima oleh orangtuanya.
Ia juga akan merasa bahwa orangtuanya tidak bahagia dengan dirinya.
Dari sanalah orangtua bisa menjadi sumber luka bagi dirinya dan akan berusaha menjaga jarak dari orangtunya.
Ini mungkin membuat anak merasa tidak aman dan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya sehingga berdampak pada masalah perkembangan atau perilaku saat anak dewasa.
7. Menumbuhkan permusuhan dengan saudara
Ketika Bunda atau Ayah membandingkan, alih-alih memuji, anak lain daripada anak sendiri, ia mungkin diam-diam mulai membenci saudaranya sendiri.
Hal ini dapat menyebabkan mereka berperilaku agresif, berkelahi, menggoda, dan bahkan saling memukul.
Bunda Ayah, mulailah untuk tidak lagi membanding-bandingkan anak dengan yang lainnya. Coba perlahan pahami kemampuannya dan dorong semangatnya dengan cara yang benar-benar menumbuhkan potensinya. [Ln]