ADA sebuah kisah tentang seorang ulama bernama Ya’qub bin Sufyan al-Faswy yang menangis karena tidak bisa mendapatkan ilmu. Dari sini, kita bisa melihat betapa pentingnya kedudukan ilmu.
Baca Juga: Mahasiswa asal Uighur Ini Rela Diwafatkan Demi Ilmu Agama yang Diperjuangkan
Menangis karena Tidak Bisa Mendapatkan Ilmu
Ya’qub bin Sufyan berkata :
“Aku melakukan rihlah (bepergian jauh) selama 30 tahun.
Ketika sedang rihlah, perbekalanku menipis. Aku kecanduan menulis di waktu malam dan membaca di siang hari.
Suatu malam, aku menulis di bawah sinar lentera. Waktu itu musim dingin. Tiba-tiba ada air yang menetes di mataku yang membuatku tidak bisa melihat apapun.
Aku meratapi diri karena tdk bisa kembali ke negeriku & luputnya ilmu karena aku buta.
Lalu aku tertidur dan melihat Rasulullah dalam mimpi. Beliau memanggilku : “Wahai Ya’qub, kenapa kau menangis ?”
Aku pun menjawab : “Wahai Rasulullah, penglihatanku hilang, serta aku merasa sangat rugi karena luputnya ilmu dariku”
Lalu Rasulullah bersabda kepadaku : “Mendekatlah kepadaku”. Aku mendekat kepada Rasulullah. Kemudian beliau pun mengusapkan tangannya pada mataku, sepertinya beliau membacakan sesuatu.
Aku terbangun dan bisa melihat kembali. Kemudian aku mengambil buku catatan dan kembali duduk menulis” (Tahdziibut Tahdziib Al-Haafizh Ibnu Hajar XI/386)
Wahai saudaraku tercinta dan saudariku yang mulia, itulah penyesalannya orang-orang shalih saat ilmu syar’i luput dari mereka.
Itulah kesedihan, duka cita, dan juga air mata mereka.
Wahai pemilik kelalaian, Wahai temannya kemalasan, Manakah penyesalanmu serta kesedihanmu atas luputnya ilmu syar’i darimu?
Mana air mata dan kesadaranmu? Maha Benar Allah dengan firman-Nya :
“Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada.” (QS. 22 : 46)
(Kaifa Tatahammasu Li Thalabil ‘Ilmisy Syar’i hal 40 – 41 oleh Syaikh Muhammad bin Shaalih bin Ishaaq ash-Shui’iri)
[Cms]
Ustaz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar