LURUSNYA arah akan menyatukan gerak kita. Seperti shalat yang arahnya satu: Ka’bah. Seperti tumbuhan yang arahnya satu: sinar matahari.
Semua kita sibuk dengan dunianya masing-masing. Ada yang di dunia pendidikan, bidang ekonomi, seni, olah raga, dagang, militer, dan lainnya.
Masih banyak kesibukan rutin lain yang digeluti orang. Semua kesibukan itu akan bertemu di satu titik, yaitu arah.
Mau kemana sih arah kita sebagai siswa, pendidik, pedagang, pebisnis, ustaz, seniman, bidang keamanan, dan lain-lain?
Kalau masing-masing punya arah yang berbeda, maka sulit mendapatkan titik temu. Misalnya, ada yang ingin berkarir, harta sebanyak-banyaknya, gelar pendidikan, dan lainnya.
Kalau arah amalnya hanya di titik pendek itu, maka sulit akan meraih kesatuan gerak. Masing-masing akan sibuk dengan dunianya sendiri, dan tak peduli dengan yang lain.
Perhatikan pepohonan yang terus tumbuh: besar dan tinggi. Meskipun besar dan tingginya berbeda-beda, meskipun cara geraknya berbeda; tapi arah geraknya satu: yaitu sinar matahari.
Hal inilah yang menjadi panduan para pencinta alam ketika mereka tersesat di hutan. Untuk menentukan arah timur, mereka cukup melihat bagian lumut yang lebih hijau. Karena di arah terbit matahari itulah lumut tumbuh lebih hijau.
Jika arah gerak tidak bisa menyatu, maka akan terjadi kekacauan. Persis seperti kendaraan yang saling berebut jalan di perempatan yang macet.
Sebenarnya, kemana sih arah gerak amal kita? Arah gerak amal kita adalah mardhotillah atau ridha Allah subhanahu wata’ala.
Silakan geluti profesi masing-masing dengan sebaik-baiknya. Tapi arahnya harus satu: yaitu meraih ridha Allah.
Ridha Allah menjadikan segala gerak mengikuti aturan yang diajarkan Islam. Meskipun jenis geraknya berbeda-beda, seperti berbagai profesi tadi.
Antara lain, mematuhi halal haram, mengikuti keteladanan Nabi atau berakhlak yang baik, dan sama-sama menjadikan tujuan duniawi hanya sekadar sarana, bukan tujuan sebenarnya.
Arah mardhotillah ini sebaiknya tertanam dalam hati kita. Dengan begitu, akan selalu ada alarm yang mengingatkan jika kita salah arah. Alarm itu antara lain rasa cemas, ragu, dan lainnya.
Jika arah geraknya benar, kita tidak akan khawatir dengan kehilangan karir, hambatan, gangguan, dan lainnya. Ada ketenangan super meskipun jalan yang ditempuh terasa berat dan bahaya.
Perhatikan jamaah haji yang thawaf. Meskipun jumlah mereka bisa jutaan, tidak ada saling bertabrakan. Meskipun pria dan wanita bercampur, tidak pernah ada kasus pelanggaran moral.
Hal ini karena mereka sama-sama bergerak menuju arah yang sama: yaitu ingin meraih ridha Allah melalui ketaatan dengan aturan Allah.
Inilah kekuatan kita, kekuatan umat Islam yang tidak dimiliki oleh umat mana pun. “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk meraih keridhaan Allah…” (QS. 2: 207)
Silakan kita bergerak dengan bidang dan profesi masing-masing. Tapi arahnya tetap satu: meraih ridha Allah. Dengan begitu, akan ada kekuatan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak. [Mh]