BERUNTUNGLAH orang-orang yang beriman. Yaitu, mereka yang khusyuk dalam shalatnya. (QS. 23: 1-2)
Sekiranya di majid ada alat visualisasi khayalan seseorang, maka tentu akan banyak tayangan yang beragam.
Ada visualisasi khayalan rumah mewah, ada mobil canggih, ada wanita cantik, ada taman yang sejuk, dan masih banyak lagi. Boleh jadi, lebih banyak yang tidak khusyuk daripada yang khusyuk.
Kalau saja setelah shalat, imam bertanya ke makmum tentang surah apa yang tadi dibacakan. Mungkin, hanya segelintir yang bisa menjawab. Selebihnya sibuk memikirkan yang lain.
Kalau shalat berjamaah saja bisa tidak khusyuk, apalagi jika shalat sendirian. Tentu peluang tidak khusyuknya lebih besar. Sudah shalatnya sendirian, di rumah sedang ramai, atau sedang ada urusan yang harus segera dilakukan.
Rasanya kalau bercermin dengan Nabi dan para sahabat kekhusyukan shalat kita masih sangat jauh. Sebegitu khusyuknya shalat mereka, sampai-sampai musuh berkesimpulan bahwa di momen itulah kelemahan Nabi dan para sahabat.
Dari empat Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang empat, dua di antaranya syahid terbunuh saat shalat berjamaah. Keduanya adalah Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib.
Kalau mereka terbunuh sedang shalat berjamaah, berarti semua para sahabat juga sangat khusyuk shalatnya. Karena bagaimana mungkin ada orang yang tiba-tiba maju ke depan dengan menghunus senjata tajam tapi tidak disadari semua jamaah shalat.
Hal itu pula yang mungkin dijadikan hikmah kenapa di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi ada petugas yang khusus menjaga imam saat sedang shalat. Para petugas ini menghadap ke arah jamaah shalat.
Sedemikian khusyuknya shalat para sahabat, bahkan ada yang minta dicabut anak panah yang menancap di tubuhnya saat ia sedang shalat.
Masya Allah. Bagaimana dengan kita?
Repotnya, setan kadang sangat aktif saat seseorang sedang shalat, berjamaah apalagi sendirian. Apa yang dilakukan setan?
Setan membuai hati dan pikiran untuk membayangkan yang bagus-bagus, enak-enak, dan mengasyikkan.
Bahkan, kadang setan mengingatkan sesuatu yang kita lupa. Misalnya, tentang kunci yang lupa diletakkan di mana. Tentang jemuran yang harus segera diangkat. Tentang si kecil yang belum makan dan nyusu, dan lain-lain.
Sepertinya, selain meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, kita perlu terus berlatih agar bisa tetap khusyuk dalam shalat. Agar, shalat kita bukan formalitas alias sekadar penggugur kewajiban. [Mh]