AYNUT Dhobit (36) menjadi sosok pejuang dan penggerak program pemberdayaan masyarakat di Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kediri, Jawa Timur.
“Urip itu Urup, hidup itu harus bisa memberi manfaat kepada sesama, khoirunnas anfa’uhum linnas,” kata Dhobit.
Menjalankan tugas sebagai Dasamas bukan hal yang mudah untuk dijalani. Namun, panggilan hati dan rasa peduli terhadap sesama telah menguatkan tekadnya untuk terus memberikan manfaat dan menjadi sosok inspiratif di manapun ia berada.
Pada bulan April 2015 silam, awal perjuangan laki-laki asal Pati ini memulai perjalannya untuk mengabdikan diri di tengah masyarakat Desa Puncu, Kediri.
Tujuh tahun membangun Desa Puncu yang saat itu usai tertimpa musibah erupsi Gunung Kelud, menjadi tantangan tersendiri untuk kembali membangkitkan desa yang telah porak-poranda.
Kondisi desa saat itu tidak baik-baik saja karena masyarakat telah kehilangan mata pencahariannya yang mayoritas sebagai petani.
Sosok Inspiratif Gerakkan Desa Menjadi Berdaya
Berada jauh dari keluarga tercinta tidak sederhana, seringkali rindu datang kepadanya. Namun, alasannya untuk terus menjadi manusia bermanfaat telah menguatkan dirinya.
Selama menjalani tugas menjadi Dasamas, Dhobit menceritakan lika-liku menjadi Dasamas yang begitu luar biasa.
“Awal mula berada di desa binaan harus bisa menyesuaikan dengan cuaca, adat dan budaya masyarakat tentunya. Dalam masa penyesuaian ini bahkan saya sempat jatuh sakit karena cuaca yang terlalu dingin,” ujarnya.
“Hal lain yang juga harus dihadapi pertanyaan-pertanyaan dari warga di sini tentang hadirnya saya di desa mereka itu untuk apa,” sambungnya.
Bagi Dhobit menjadi Dasamas harus sesuai dengan fungsi, peran dan tahapanya harus sejalan dengan falsafah yang disampaikan Ki Hajar Dewantara “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani” yang artinya di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan.
Ing ngarso sung tulodho yaitu peran Dasamas di masyarakat yang harus bisa berada di depan untuk menjadi teladan. Ing madyo mbangun karso, peran Dasamas berada di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi motivator untuk bersama dalam membangun desa.
Selain itu untuk terus mendorong falsafah tut wuri handayani, dasamas sebagai tahap akhir berada di belakang untuk bisa memberi nasihat dan pemahaman di tengah masyarakat.
Karena tujuan pemberdayaan adalah kemandirian maka tahap ini sebagai parameter sukses tidaknya pemberdayaan masyarakat itu menuju mandiri.
Menurut Dhobit program pemberdayaan dilakukan dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek bukan objek.
Hal ini diharapkan dapat menciptakan kemandirian untuk masyarakat dalam melanjutkan estafet program bahkan mampu menginisiasi program-program sendiri sehingga secara mandiri menjadi inspirasi untuk desa yang lain.
Baca juga Kerajinan Peci Bambu, UMKM Binaan LAZ Al Azhar
Adapun 4 pilar sebagai mandat yang harus digawangi oleh Dasamas yaitu di bidang ekonomi, pendidikan, keagamaan, dan kesehatan.
Perjuangan Dhobit untuk membangkitkan semangat masyarakat Desa Puncu tidaklah sia-sia, kini masyarakat dapat merasakan manfaat sejak hadirnya Dasamas dalam mendampingi mereka.
Mulai dari perkembangan di bidang ekonomi yang dikelola oleh pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) selain mengelola dana sejuta berdaya juga terdapat KUB produksi Kopi Laharpang, kedai Lamor Coffee, dan produksi boncabe.
Pada bidang pendidikan yang digawangi pengurus Saung Ilmu divisi pendidikan terdapat program Literasi Lintas Desa sebagai upaya membumikan budaya baca buku berikut problem solving dan pembentukan karakter generasi muda.
Di samping itu pada bidang keagamaan rutin dilakukan khatmil Quran dan Ngaji di Kedai Lamor Coffe bersama Dr. Abbas.
Begitupun di bidang Kesehatan dengan kerja bakti bersih lingkungan setiap bulannya dan penanaman pohon sebagai upaya menjaga kelestarian alam sekitar dan pencegahan longsor.
Seiring berjalannya waktu, baginya pemberdayaan masyarakat saat ini harus disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan era digital. Hal ini memaksa seorang penggerak untuk melakukan penyesuaian.
“Di desa butuh sentuhan-sentuhan tangan kreatif para pemuda agar bisa menjadi desa yang inspiratif dan inovatif, makanya kita harus terus mengikuti segara perkembangan digital yang ada,” ungkapnya.
Dhobit juga menyampaikan pesan untuk generasi muda bahwa banyak sosok inspiratif atau orang-orang besar lahir dari seorang petani, dididik dari tangan petani. Maka sudah sepantasnya kita berbangga menjadi petani milenial yang menginspirasi.