Sunnah adalah apa yang diteladankan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa akhlak Nabi adalah Al-Qur’an.
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum senantiasa mencermati apa yang dilakukan Nabi terhadap sesuatu. Mulai dari cara makan, minum, tidur, mandi, berjalan, berbusana, hingga urusan dengan toilet.
Dari pengetahuan itulah para sahabat mengamalkan apa yang telah diamalkan Nabi. Mengikuti apa yang diteladankan Nabi.
Begitu pun dengan generasi setelah para sahabat. Mereka lagi-lagi mencermati apa yang telah disampaikan pendahulu mereka tentang sunnah Nabi.
Mereka berusaha membukukan. Tapi, yang lebih banyak adalah menghafalnya untuk bisa diamalkan dan diwariskan ke generasi sesudah mereka.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menghidupkan sunnahku, maka itu (pertanda) ia mencintaiku. Dan siapa yang mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.” (HR. Tirmidzi)
Tentu masih banyak dalil lain yang membuat para sahabat dan salafus shalih mengejar, memahami, bahkan memperjuangkan sunnah Nabi.
Tentang perjuangan menegakkan sunnah ini, sederet para ulama bahkan harus dipenjara dan disiksa penguasa zalim.
Sebut saja Imam Hanafi yang begitu tegas menolak kompromi penguasa waktu itu. Dan hal itu membuatnya mendekam di penjara. Bahkan, beliau pun akhirnya wafat di penjara.
Begitu pun dengan Imam Malik yang juga pernah dipaksa penguasa zalim untuk mengikuti kebijakan penguasa yang zalim. Imam Malik bahkan berkali-kali merasakan siksaan yang sangat tidak manusiawi.
Selanjutnya ada Imam Syafi’i. Imam Syafi’i difitnah sebagai pendukung aliran Rafidhah. Beliau pun dirantai dan diarak keliling tempat. Tapi beliau akhirnya dibebaskan.
Tak terkecuali juga Imam Hambali. Beliau pernah berhadapan dengan penguasa yang memaksakan tentang penyimpangan Al-Qur’an. Bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
Ulama yang menjadi rujukan warga Arab Saudi saat ini pernah dipenjara selama 30 bulan. Beliau juga mengalami siksaan yang tidak manusiawi dalam penjara.
Begitu pun dengan para ulama setelah mereka. Antara Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Keduanya merasakan penjara yang begitu lama. Bahkan Ibnu Taimiyah wafat dalam penjara.
Setelah mereka ada Imam Nawawi yang tinggal di kawasan Damaskus. Beliau juga mengalami teror dan dikejar-kejar penguasa zalim.
Para ulama dan murid-murid beliau ini bukan orang-orang yang berbuat salah. Alasan mereka dipenjara dan disiksa ini hanya satu: karena konsisten menghidupkan sunnah Nabi.
Mereka rela mengorbankan harta, waktu, tenaga demi untuk mengejar satu pelajaran dari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan dari perjuangan merekalah buah karya itu bisa kita pelajari dan nikmati saat ini. Nikmati dalam arti mengamalkan dengan penuh kecintaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bandingkan dengan umumnya generasi saat ini. Jika salafus soleh mengamalkan sebuah ibadah karena hal itu sunnah, sementara saat ini mereka meninggalkan ibadah karena tahu bahwa hal itu hanya sunnah. [Mh]