Kekayaan yang sesungguhnya tidak selalu uang atau harta. Oleh sebab itu, jangan sampai kita terlalu silau terhadap dunia. Ingatlah selalu bahwa kekayaan tidak hanya sekadar pada hal tersebut
Baca Juga: Intip Kekayaan Grup KPop BTS pada 2021
Kekayaan yang Sesungguhnya
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan,
قَالَ بن بَطَّالٍ مَعْنَى الْحَدِيثِ لَيْسَ حَقِيقَةُ الْغِنَى كَثْرَةَ الْمَالِ لِأَنَّ كَثِيرًا مِمَّنْ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ لَا يَقْنَعُ بِمَا أُوتِيَ فَهُوَ يَجْتَهِدُ فِي الِازْدِيَادِ وَلَا يُبَالِي مِنْ أَيْنَ يَأْتِيهِ فَكَأَنَّهُ فَقِيرٌ لِشِدَّةِ حِرْصِهِ وَإِنَّمَا حَقِيقَةُ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ وَهُوَ مَنِ اسْتَغْنَى بِمَا أُوتِيَ وَقَنِعَ بِهِ وَرَضِيَ وَلَمْ يَحْرِصْ عَلَى الِازْدِيَادِ وَلَا أَلَحَّ فِي الطَّلَبِ فَكَأَنَّهُ غَنِيٌّ
“Tatkala menjelaskan hadis,
‘Tidaklah kekayaan itu dengan banyaknya harta tetapi, kekayaan itu kaya hati.’
Ibnu Bathal berkata,
‘Makna hadis adalah tidakkah hakikat kekayaan itu banyak harta karena kebanyakan orang yang diberi kelapangan harta tidak merasa cukup terhadap apa yang didapat.
Dia bersungguh-sungguh untuk mendapatkan tambahan dan tidak peduli dari mana dia mendapatkannya, seakan-akan dia fakir karena sangat tinggi ambisinya.
Hanyalah kekayaan yang hakiki adalah kaya hati, yaitu orang yang merasa cukup terhadap apa yang didapat, bersifat qana’ah, rida (terhadap pemberian Allah) dan tidak tamak serta berambisi tinggi untuk menumpuk-numpuk dan mendapatkan harta, maka seakan-akan dia adalah orang kaya.”
[Cms]
Sumber:
Fath al-Bārī, Jilid 11, hlm. 272.
Alih bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman bin Umar غفر الرحمن له
https://t.me/alfudhail