Hari Perawat Internasional diperingati setiap tanggal 12 Mei. Tanggal tersebut merupakan tanggal kelahiran Florence Nightingale, seorang perawat yang ditugaskan untuk merawat tentara Inggris dan sekutu selama Perang Krimea yang terjadi pada tahun 1853. Atas kontribusinya, dia pun dijuluki sebagai “Lady with the Lamp” karena menghabiskan banyak waktu atau sepanjang malam di bangsal, untuk memberikan perawatan pribadi kepada yang terluka.
Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Siaga Ruang Perawatan Anak Antisipasi Wabah Hepatitis Akut
Hari Perawat Internasional, Mari Mengenal Perawat Muslimah Pertama dalam Sejarah Islam
Namun, jauh sebelum nama Florence, dalam sejarah Islam, sudah ada seorang perempuan yang menjadi perawat untuk menyembuhkan pasukan umat Islam yang terluka dalam peperangan.
Dilansir dari onepathnetwork.com, nama perempuan itu adalah Rufaida Al-Aslamiyah. Ia berasal dari kalangan Ansar dan merupakan perawat wanita Muslim profesional pertama dalam sejarah.
Rufaida lahir dari suku Bani Aslam di Madinah. Karena alasan inilah dia disebut Al-Aslamiyyah. Keluarganya memiliki ikatan yang kuat dengan bidang medis. Ayahnya, Sa’ad Al-Aslamiy, adalah seorang dokter, yang ilmunya banyak diserap oleh sang anak.
Rufaida adalah salah satu orang pertama di Madinah yang menerima Islam dan merasa terhormat untuk menyaksikan kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah selama hijrah.
Dahulu, ia berpraktik sebagai perawat pada zaman Nabi dan memegang gelar bergengsi sebagai perawat Muslim pertama dalam sejarah.
Nabi memberikan izin kepada Rufaida untuk mendirikan tenda di dalam Masjid Nabawi di Madinah untuk memberikan pendidikan keperawatan dan melatih wanita Muslim sebagai perawat.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan Buka Kelas Perawat Internasional
Mengabadikan Hidup untuk Bidang Medis
Dengan demikian, ia menjadi pelopor di bidangnya, mengabdikan hidupnya untuk pengembangan dan peningkatan keperawatan.
Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa dia adalah ahli bedah wanita pertama dalam Islam. Ketika Sa’ad Ibn Muadh terluka dalam Pertempuran Al-Khandaq, Nabi memerintahkan agar dia ditempatkan dan dirawat di tendanya.
Ketika tentara Muslim sedang bersiap-siap untuk pergi ke Perang Khaibar, Rufaida dan sekelompok wanita Ansar pergi ke Nabi dan meminta izin untuk pergi bersama tentara ke pertempuran, untuk merawat yang terluka dan membantu dalam segala hal.
Nabi pun memberi mereka izin untuk pergi. Para perawat sukarelawan melakukan pekerjaan tersebut sehingga Nabi Muhammad memberikan bagian dari rampasan perang kepada Rufaida.
Bagiannya setara dengan tentara yang benar-benar bertarung. Hal ini sebagai pengakuan atas pekerjaan keperawatan dan medisnya yang luar biasa.
Ia adalah seorang perawat yang sangat karismatik dan cakap dengan keterampilan klinis yang luas dan pengetahuan medis. Rufaiada adalah wanita yang baik dan empati, sering merawat anak-anak yang membutuhkan, yatim piatu dan orang miskin.
Sahabat Muslim, semoga sosok Rufaida ini memberikan inspirasi bagi kita terkait perjuangan dan profesionalismenya di bidang medis.
Di Hari Perawat Internasional ini, mari kita menghargai dengan memberi apresiasi kepada para perawat yang ada di Indonesia maupun dunia yang telah banyak berjuang untuk merawat banyak orang di suasana Covid seperti ini. [Cms]