ChanelMuslim.com – Adab seorang murid ketika dimarahi gurunya. Sebagai seorang manusia biasa, kita mungkin saja merasa malu dan sedih atau ikut marah ketika dimarahi oleh seseorang.
Namun, sebagai murid, ada adab-adab bagaimana kita menyikapi hal tersebut ketika yang memarahi kita adalah guru kita sendiri.
Baca Juga: Cinta dan Adab
Adab Seorang Murid ketika Dimarahi Gurunya
Disebutkan dalam kitab Al Mu’lim fi Adabil Mu’allim wa Muta’allim:
“Adab lainnya: Hendaknya murid berterima kasih kepada Syaikh (guru) atas arahan yang diberikannya ketika sang murid memiliki suatu keutamaan.
Dan berterima kasih kepada guru atas celaan dan amarahnya kepada sang murid, ketika sang murid memiliki suatu kekurangan, atau ketika sang murid itu malas, atau sang murid itu lalai dalam suatu hal, dan karena sebab-sebab lainnya.
Celaan atau amarah guru itu dalam rangka membimbing dan memperbaiki sang murid.
Sikap guru yang demikian termasuk nikmat dari Allah ta’ala. Jika Syaikh (guru) mengajarkan suatu adab yang spesifik atau mengingatkan kekurangan dari sang murid secara spesifik, dan sang murid sudah tahu ia memang memiliki kekurangan itu, maka jangan tampakkan di depan gurunya bahwa ia sudah tahu kekurangannya itu.
Bahkan hendaknya pura-pura tidak tahu dan berterima kasih kepada guru atas faedah yang ia sampaikan dan perhatian yang ia berikan.
Adab lainnya: Hendaknya murid bersabar terhadap sikap keras dari gurunya atau terhadap akhlak yang buruk dari gurunya.
Janganlah perkara-perkara ini membuat ia berpaling dari bermulazamah kepada gurunya, jangan membuat ia berpaling dari mendapatkan akidahnya yang lurus.
Hendaknya tetap meyakini bahwa gurunya itu baik, dan carilah kemungkinan-kemungkinan yang baik atas sikap gurunya tersebut kepada kemungkinan yang paling shahih.
Murid yang tidak bisa melakukan ini adalah murid yang sedikit mendapat taufik.
Ketika murid disikapi keras oleh gurunya, maka hendaknya sang murid yang memulai minta maaf, dan ia nyatakan bahwa dirinyalah yang salah.
Karena sikap yang demikian lebih melanggengkan rasa cinta kepada gurunya dan lebih menjaga hatinya serta lebih manfaat bagi aktivitas menuntut ilmunya untuk dunia dan akhirat.”
(Al Mu’lim fi Adabil Mu’allim wa Muta’allim, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Mishri, halaman 75 – 76).
Semoga menjadi renungan bersama bagi kita para penuntut ilmu. [Cms]
@fawaid_kangaswad
Sumber: t.me/fawaid_kangaswad