ChanelMuslim.com- Di tahun sekitar 100 hijriyah, ada seorang tabi’in bernama Abu Hazim Salamah bin Dinar. Beliau dikenal sebagai syaikh atau ulama besar di Madinah.
Orang banyak belajar dari Abu Hazim tentang zuhudnya. Ia begitu kokoh tidak tergoyang dengan ujian kemegahan dunia. Meskipun dunia itu “melambai-lambai” kepadanya.
Sulaiman bin Abdul Malik adalah seorang khalifah saat itu. Ia begitu berharap agar Abu Hazim bisa dekat dengannya. Setidaknya sebagai kesan yang bisa ditangkap khalayak.
Seorang utusan khalifah mendatangi Abu Hazim. Ia mengabarkan bahwa khalifah mengundang Abu Hazim ke istana.
Dengan santai Abu Hazim menjawab undangan itu, “Yang butuh bertemu dia atau saya? Kalau dia, bilang kepada khalifah agar datang ke sini!”
Khalifah pun mengalah. Ia mengundang sejumlah ulama dan tokoh agama di Madinah, sebuah tempat yang identik dengan Abu Hazim. Dengan cara itu, ia seperti mengakomodir keinginan Abu Hazim tanpa merasa “direndahkan”.
Berlangsunglah pertemuan besar itu. Sang Khalifah mencari-cari, di mana gerangan sosok Abu Hazim. Dari sekian banyak tokoh yang hadir, ternyata Abu Hazim tidak terlihat.
Akhirnya, Khalifah benar-benar merasa kalah. Ia pun mendatangi rumah Abu Hazim.
“Ya Syaikh, apa yang kau butuhkan dariku? Silahkan sebut saja, niscaya akan aku berikan,” ucap sang Khalifah saat bertemu dengan Abu Hazim.
Dengan tenang Abu Hazim menjawab, “Aku sudah punya dua harta besar. Rasanya aku tak butuh harta lagi.”
“Dua harta apakah itu, Syaikh?” tanya Khalifah.
“Pertama ridha. Aku ridha dengan apa pun yang Allah berikan kepadaku,” ucap Abu Hazim.
“Dan kedua,” lanjut Abu Hazim. “Aku sama sekali tak butuh apa pun yang ada di tangan manusia. Sebesar apa pun yang mereka miliki,” pungkasnya.
Khalifah pun akhirnya tertunduk. “Ya Syaikh, mohon doakan aku,” ucap Khalifah.
“Bagaimana mungkin aku mendoakanmu saat ini, padahal mungkin saja di tempat lain ada orang-orang yang kau zhalimi menyumpahimu. Dua permintaan kepada Allah baiknya tidak saling bertolak belakang,” jelas Abu Hazim.
Khalifah terdiam seribu bahasa. Di sisi Abu Hazim, Khalifah pun menangis.
**
Suatu hari, orang-orang bertanya kepada Abu Hazim tentang kenaikan harga-harga barang di Madinah. Mereka bingung harus bagaimana.
Abu Hazim mengatakan, “Yang memberi rezeki saat harga-harga barang normal adalah Allah subhanahu wata’ala. Dan Allah pula yang memberi rezeki saat harga-harga barang naik. Lalu, apa yang kalian risaukan?” [Mh]