KETIKA berserah di hadapan Hajar Aswad hendaklah kamu mengusapnya dengan tangan atau menciumnya, atau memberikan isyarat padanya dengan sesuatu, seperti tongkat dan sejenisnya.
Hajar Aswad adalah batu hitam sangat harum yang terletak di salah satu sudut Ka`bah . Tepatnya, Hajar Aswad terletak di sudut sebelah tenggara `Ka`bah, di sebelah kanan pintu Ka`bah.
Pada awalnya tempat ini merupakan salah satu batu yang ditemukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, pada saat mereka sedang membangun Ka`bah.
Baca juga: Memandang Baitullah
Berserah di Hadapan Hajar Aswad
Berdasarkan buku Dahsyatnya Umrah karya Dr. Khalid Abu Syadi menerangkan ketika mencium atau tangan kamu memberikan isyarat pada Hajar Aswad, kesemuanya itu terjadi seolah-olah kamu melakukan baiat dengan Allah serta mengerjakan ketaatan.
Jika demikian, kamu wajib memenuhi baiat atau perjanjian tersebut. Karena sesungguhnya manusia yang mulia tidak akan mengingkari janjinya.
Barang siapa yang mengkhianati janjinya, maka dia berhak menerima amarah dan dikucilkan. Barang siapa yang berkali-kali mengingkari janji, maka setelah itu dia tidak dapat dipercaya untuk selamanya.
Ikrimah (w. 105 H) mengatakan, “Hajar Aswad adalah pengukuhan sumpah Allah Subhanahu Wa Ta’ala di muka bumi. Barang siapa yang tidak menjumpai baiat Rasulullah, maka ketika dia mengusap sudut Ka’bah dia turut berbaiat bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya”.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bagi jemaah yang menunaikan ibadah umoh maupun ibadah haji, tampaknya belum puas atau belum mantap kalau belum berhasil mencium secara langsung tempat ini, salah satu tempat mustajab untuk berdoa.
Di mana jemaah saling mendorong bahkan tidak sedikit yang sengaja dengan cara kasar mendorong dan menggunakan kedua sikutnya berusaha menghalau jemaah lain demi bisa mencium tempat mustajab ini.
Pada titik ini, saat menentukan apakah kamu merasa sanggup meneruskan `perjuangan` menciumnya atau mundur perlahan menjauhi kerumunan jemaah yang sudah saling dorong tersebut. Keputusan pikiran yang terbersit pertama kali itulah, yang harus jemaah lakukan. [Din]