Mari Kurangi Sampah Makanan di Bulan Ramadan
APA yang paling ditunggu umat Islam di bulan Ramadan? Apalagi jika bukan saat berbuka puasa. Di Indonesia ada kebiasaan ngabuburit untuk mengambarkan kegiatan umat Islam yang menunggu waktu berbuka tiba. Ngabuburit biasanya diisi dengan kegiatan jalan-jalan sambil membeli kudapan untuk berbuka.
Di sepanjang jalan kita melihat aneka gorengan, lontong, kolak, bubur sumsum dan berbagai makanan manis lainnya, dan tidak ketinggalan es buahnya dijajakan oleh pedagang. Begitu tiba di rumah, makanan yang kita beli saat ngabuburit bertemu dengan makanan hasil masakan ibu di rumah.
Begitu adzan berkumandang, segelas teh manis hangat tandas diminum. Kemudian gorengan dan lontong langsung dimakan.
Baca Juga: 7 Promo Ramadan untuk Temani Puasa Kamu, Ada Tiket Bioskop sampai Es Krim
Mari Kurangi Sampah Makanan di Bulan Ramadan
Kedua makanan itu terasa nikmat jika dimakan bersama saus kacang yang pedasnya aduhai. Setelah itu perut langsung terasa penuh, padahal masih ada kolak pisang dan nasi beserta lauk pauk yang sedang menunggu untuk dimakan.
Kita minta izin kepada ibu untuk menikmati masakannya nanti selepas shalat magrib. Lalu sesi kedua pun kita lakukan hingga perut terasa semakin penuh. Shalat isya dan taraweh dilakukan sambil menahan sebah di perut.
Sepulang shalat taraweh, kantuk menjadi. Kita pun pergi tidur meninggalkan semangkuk kolak dan gorengan yang masih tersisa. Begitu seterusnya setiap hari. Tanpa sadar di bulan Ramadan kita malah lebih sering membuang makanan.
Kebiasaan membuang makanan tentunya berseberangan dengan konsep Ramadan. Pada saat Ramadan kita diharapkan ikut merasakan bagaimana saudara-saudara kita di belahan bumi lain atau bahkan tetangga kita sendiri menahan lapar karena kekurangan atau bahkan tidak punya bahan makanan.
Kebiasaan membuang makanan pun termasuk pada sikap membuang-buang harta yang tidak disukai oleh Allah.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal.
Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridha) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian.
Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim)
Sebenarnya tidak ada yang berbeda dari pola konsumsi kita di hari biasa dengan hari-hari Ramadan. Hanya berbeda waktu makan. Yang biasanya sarapan kita ganti dengan bersahur.
Yang biasanya makan malam, kita ganti dengan berbuka. Kita hanya mengurangi waktu makan di siang hari. Karena itu juga seharusnya tingkat konsumsi kita bisa lebih hemat dari hari-hari biasa dan kita bisa menerapkan gaya hidup lebih sehat.
Pola konsumsi ini adalah gaya hidup yang sebaiknya diterapkan dalam setiap rumah tangga. Gaya hidup berawal dari kebiasaan-kebiasaan yang kita terapkan di dalam keluarga.
Untuk itu mari kita ikuti gaya rasulullah berbuka dengan 5 -7 butir kurma dan segelas air. Lepas magrib baru kita makan masakan ibu tercinta. Dengan begitu hidup lebih hemat dan sehat. Ibu pun bahagia dan keluarga menjadi berkah. In syaa Allah. [Maya/Ln]