BENARKAH Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj hanya dengan ruhnya? Konsultan Ahli Syaria Consulting Center (SCC) Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S., M.Sos. menjelaskan persoalan ini.
Saya pernah mendengar bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj hanya dengan ruhnya tanpa dengan fisiknya.
Pertanyaan saya, apakah pernyataan tersebut benar? Mohon penjelasannya. (Jaisy-Sragen)
Jawaban ustaz: Dalam menyikapi peristiwa Isra’ Mi’raj, mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa itu dialami oleh RUH dan JASAD sekaligus dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Inilah penjelasan Ibnu Abbas, Jabir, Anas, Khudzaifah, Umar, Abu Hurairah, Malik bin Shashaah, Abu Habbah Al Badriyyi, Ibnu Masud, Dhahak, Said bin Jubair, Qatadah, Ibnu Musayyib, Ibnu Syihab, Ibnu Zaid, Al Hasan, Ibrahim, Masruq, Mujahid, Ikrimah, Ibnu Juraij, dengan dalil ucapan Aisyah dan pendapat para ulama ahli fiqh Mutaakhirin , para ahli hadits, para ahli bahasa, dan para ahli tafsir.
Sebagian salaf, ada yang berpendapat ruh saja, tanpa jasad. Konon, di antaranya adalah pendapat AISYAH Radhiallahu’ Anha.
Pendapat ini berkonsekuensi pada bahwa Mi’raj ( perjalanan ke langit) pun tidak benar-benar terjadi.
baca juga: Isra Miraj dan Rahasia Keunggulan Abu Bakar
Rasulullah Melakukan Perjalanan Isra’ Mi’raj Hanya dengan Ruhnya, Benarkah?
Dengan demikian, ada yang menganggap Aisyah tidak mempercayai peristiwa Mi’raj-nya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Anggapan itu didasari sebuah riwayat darinya yang menyebut Isra’ -nya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu bukan dialami jasadnya.
Dalam Sirah An Nabawiyah (2/46) karya Ibnu Hisyam, disebutkan oleh Aisyah Radhiallahu ‘Anha:
مَا فُقِدَ جَسَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَكِنَّ اللَّهَ أَسْرَى بِرُوحِهِ
Jasad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidaklah terangkat tetapi Allah meng-Isra’ kan dengan ruhnya saja.
Riwayat ini dinilai sebagai riwayat yang DHA’IF, bahkan sebagian ulama mengatakan PALSU.
Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah mengatakan:
وهذا من الكذب الواضح ؛ لأن عائشة لم تكن وقت الإسراء معه ، وإنما ضمها بعد ذلك بسنين كثيرة بالمدينة
Ini kebohongan yang begitu jelas, karena Aisyah tidak bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat peristiwa Isra, sesungguhnya Aisyah hanya banyak bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah peristiwa itu bertahun-tahun di Madinah.
(Al Ajwibah Al Mustaw’ibah, Hlm. 134-135)
Syaikh Alawi as Saqaf mengatakan: “DHA’IF, diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan sanad yang terputus.”
(Takhrij Ahadits azh Zhilal, hlm. 229)
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha juga berkomentar:
قد تجد حديثين عن عائشة ومعاوية ، يُفْهِمان أن الإسراء لم يكن بجسده الشريف ، وهما حديثان ليسا مما يحتج بمثلهما أهل العلم
Ada dua hadits dari Aisyah dan Muawiyah yang dipahami bahwa Isra tidak terjadi dengan jasadnya mulia, namun kedua hadits tersebut bukanlah hadits yang dapat dijadikan hujjah oleh para ulama. (Al Manar, 14/49)
Ditambah lagi, peristiwa Mi’raj-nya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga ditegaskan dalam Al Quran. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى(18)
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An Najm: 13-18)
Kita dapatkan dalam riwayat yang shahih, justru Aisyah Radhiallahu ‘Anha membenarkan peristiwa tersebut adalah peristiwa fisik dan ruh sekaligus. Aisyah Radhiallahu ‘Anha bercerita:
لما أسري بالنبي صلى الله عليه وسلم إلى المسجد الأقصى أصبح يتحدث الناس بذلك فارتد ناس فمن كان آمنوا به وصدقوه وسمعوا بذلك إلى أبي بكر رضى الله تعالى عنه فقالوا هل لك إلى صاحبك يزعم أنه أسري به الليلة إلى بيت المقدس قال أو قال ذلك قالوا نعم قال لئن كان قال ذلك لقد صدق قالوا أو تصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت المقدس وجاء قبل أن يصبح قال نعم أني لأصدقه فيما هو أبعد من ذلك أصدقه بخبر السماء في غدوة أو روحة فلذلك سمي أبو بكر الصديق
Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Isra (perjalanan malam) menuju Masjidil Aqsha, paginya beliau menceritakan hal itu kepada manusia dan manusia mengingkarinya.
Sedangkan bagi yang mempercayainya, membenarkannya, dan mendengarkan hal itu, mereka mendatangi Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu.
Mereka mengatakan: “Apakah kau dengar sahabatmu bahwa dia menyangka melakukan perjalanan malam hari menuju Baitul Maqdis?”
Beliau (Abu Bakar) menjawab: “Dia mengatakan demikian?” Mereka menjawab: “Ya.” Abu Bakar berkata: “Jika benar dia berkata demikian maka dia telah benar (shadaqta).”
Mereka mengatakan: “Apakah kau membenarkan bahwa dia pergi pada malam hari ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?”
Abu Bakar menjawab: “Ya, saya membenarkannya walau pun dalam jarak yang lebih jauh dari itu.”
Beliau membenarkan berita dari langit baik pada pagi atau malam, oleh karena itu dia dinamakan Abu Bakar Ash Shiddiq.”
(HR. Al Hakim, Al Mustadrak No. 4407, Imam Al Hakim mengatakan: sanadnya shahih tetapi Bukhari – Muslim tidak meriwayatkannya. Imam Adz Dzahabi menyepakati keshahihan hadits ini)
Seorang ulama Hambali, Syaikh Shalih Fauzan Hafizhahullah berkata:
الإسراء والمعراج كانا بالجسم والروح معًا، هذا قول الجمهور من أهل العلم، وذلك لقوله تعالى : { سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ } [ الإسراء : 1 . ] ، والعبد اسم للروح والجسم، وليس اسمًا للرُّوح فقط، وقد جاء في حديث النبي صلى الله عليه وسلم في ذكر الإسراء والمعراج ؛ أنه جاءه جبريل بدابَّة اسمها البُراق، وأركبه عليها، وذهب إلى بيت المقدس، وصلى بالأنبياء هنا . . . كل هذا يعطي أنه بالجسم والرُّوح معًا، وهذا قول الجماهير من أهل العلم، ولم يخالفهم فيه إلا طائفة يسيرة .
Isra’ Mi’raj terjadinya dengan jasad dan ruh secara bersamaan, inilah pendapat mayoritas ulama.
Hal ini berdasarkan ayat: Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha.(QS. Al Isra: 1).
Kata Al ‘Abdu merupakan nama bagi ruh dan jasad, bukan nama bagi ruh saja.
Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menceritakan tentang Isra Mi’raj; bahwa Jibril mendatangi Beliau dengan membawa hewan bernama Buraq, dia menungganginya, lalu dengannya pergi menuju Baitul Maqdis dan shalat di sana bersama para nabi ……….
Semua ini menunjukkan terjadinya adalah ruh dan jasad sekaligus, dan inilah pendapat mayoritas ulama, dan tidak ada yang menyelisihinya kecuali kelompok yang sedikit saja.
(Al Muntaqa min Fatawa Al Fauzan, 7/3)
Namun demikian, kesalahan pendapat ini tidak berdampak pada pengkafiran. Beliau berkata lagi:
وأما من أنكر الإسراء بالجسم؛ فهو لا يكفر؛ لأنه قال به بعض السَّلف؛ قالوا : إنَّ الإسراء بالرُّوح فقط، يقظة لا منامًا . وإن كان هذا القول مرجوحًا وضعيفًا، لكن من أخذ به؛ فإنه يكون مُخطئًا، ولا يكفر بذلك
Ada pun orang yang mengingkari Isra Mi’raj dengan jasad, maka dia tidak dikafirkan, karena sesungguhnya sebagian salaf ada yang berpendapat demikian.
Mereka mengatakan bahwa Isra itu hanya ruh saja, dalam keadaan sadar dan bukan mimpi.
Ini adalah pendapat yang lemah, tetapi siapa pun yang mengambil pendapat ini maka dia termasuk berbuat salah, dan tidak dikafirkan karena itu. (Ibid)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]